Gambar: kolomkita.detik.com |
"Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam..." ( Kej 1:31)
Renungan:
Ketika seorang seorang anak akan dilahirkan, apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya? Jawabannya ialah ada begitu banyak hal yang direncanakan. Mulai dari di manakah si anak akan dilahirkan, rumah sakit yang bagus atau rumah sakit yang murah. Orang tua pasti sudah memikirkan itu. Belum lagi memikirkan mengenai nama yang akan diberikan pada anak tersebut. Ditambah lagi dengan mempersiapkan tempat untuk si anak membaringkan tubuhnya. Lingkungan pun mulai dipikirkan, lingkungan seperti apa yang dapat membantu anak saya menjadi pribadi yang baik? Hal-hal terbaik sudah terlintas dan dipikirkan secara masak-masak oleh kedua orang tua.
Sama halnya seperti yang telah Allah lakukan kepada manusia. Dengan cinta kasih yang tulus, Allah menciptakan gelap dan terang. Di mana di dalam gelap manusia dapat berkuasa atasnya. Allah menciptakan terang dengan maksud agar manusia pun dapat menguasainya. Allah juga menciptakan makhluk hidup yang disiapkan untuk diolah oleh manusia. Itu semua tidak terlepas dari peran dari anugerah terbesar di dalam diri seorang manusia, yakni akal dan budi. Dengan akal dan budi, manusia dapat berpikir yang baik dan tidak untuk dirinya. Dengan akal dan budi pula, manusia dapat membangun dirinya sendiri dari segala macam hal yang menghantam dirinya.
Tetapi manusia ternyata merupakan makhluk yang lemah. Di dalam peziarahan hidupnya, manusia terkadang melupakan tanda cinta kasih Allah yang besar. Manusia justru mengikuti nafsu dan keinginan untuk memonopoli dunia. Manusia pun melupakan apa yang sudah Allah berikan di dalam dirinya, yakni akal dan budi.
Oleh sebab itu, marilah kita kembali menyadari peran serta dari akal dan budi dalam hidup kita. Mungkin akal dan budi yang sudah Allah berikan selama ini sering kita lupakan. Mungkin juga di dalam akal dan budi itu sudah terisi hal-hal yang kurang berkenan dalam hubungan kita bersama sesama dan Allah. Mungkin juga akal dan budi kita justru tidak kita pergunakan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Atau mungkin dengan akal dan budi yang kita miliki, kita melupakan bahwa itu merupakan cinta kasih Allah yang terbesar yang membuat diri kita dapat bertahan hidup hingga saat ini. Semoga dengan menyadari bahwa akal dan budi yang ada di dalam diri merupakan tanda cinta terbesar Allah, kita diajak semakin menyadari bahwa dengan itulah Kerajaan Allah harus diwartakan.
Komentar
Posting Komentar