Langsung ke konten utama

Pengangkatan Hakim-Hakim

Gambar:beritajogja.id
Ada pun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kau hadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” (Kel 18:19-21)

Menjadi seorang hakim bukanlah tugas yang mudah dan juga bukan tugas yang sukar. Pada jaman ini menjadi seorang hakim haruslah menempuh jenjang perguruan tinggi dan lembaga pendidikan kehakiman lainnya. Proses itu dilakukan untuk menghasilkan sosok-sosok hakim yang mampu menciptakan keadilan dan harapan akan kedamian di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Demikian pun juga yang ingin dilakukan oleh Musa di dalam Kitab Keluaran. Sebagai perwakilan Allah, Musa ingin memberikan yang terbaik bagi penduduknya. Namun, hal itu merupakan tindakan yang keliru. Musa ditegur oleh mertuanya, Yitro atas tindakannya mengadili penduduk yang berpekara. Namun, pengadilan yang dilakukan oleh Musa itu ternyata bukanlah pengadilan yang baik. Oleh sebab itu, Yitro ingin membuat proses pengadilan itu dapat berlangsung dengan baik tanpa membahayakan kesehatan bagi penduduk atau pun Musa selaku hakim.

Saran yang diberikan oleh Yitro tersebut tenyata dituruti oleh Musa. Namun, yang perlu diperhatikan saat memberikan saran tersebut ialah Yitro memberikan standard khusus terhadap sosok hakim yang kelak akan menggantikan posisi Musa. Standard itu ialah mewakili bangsa Israel, mengajarkan ketetapan dan keputusan, dan mengarahkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. Di dalam itu pun juga diberikan syarat tambahan lainnya, yakni orang yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut, takut akan Allah, dapat dipercaya dan tidak korupsi.

Melalui kisah dalam kitab Keluaran ini, Yitro ingin mengajak kita bukan untuk menjadi seorang hakim yang baik saja. Melainkan Yitro juga mengajak kita untuk melihat kembali syarat yang diberikan bagi seorang hakim yang berperan sebagai wakil bangsa di hadapan Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.