Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha

Allah Hadir dalam Setiap Momen Kehidupan

K ata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"  (Luk 24:32) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kehilangan seseorang tentu akan membawa seseorang merasa sangat tidak percaya. Apalagi jika peristiwa itu terjadi dengan cara yang tidak wajar. Itu tentu akan membawa orang yang terdekat merasa tidak percaya dan tentunya hal yang tidak lumrah. Apalagi jika kehilangan seseorang yang sudah kita percayai dan kagumi dengan cara yang tidak wajar. Itu tentu sangat-sangat membawa rasa kehilangan yang teramat sangat dan melahirkan begitu banyak asumsi.   Demikianlah juga yang dialami oleh kedua orang yang berjalan bersama Yesus menuju Emaus. Setelah Yesus disalibkan, para murid menjadi ketakutan. Di antaranya kedua orang murid Yesus yang berjalan bersama-Nya menuju Emaus. Mereka mengalami ketidakpercayaan akan peristiwa yang menimpa Guru mereka. Guru yang selama i

Visi dan Misi Kita dalam Mewartakan Kerajaan Allah

"R oh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Luk 4:18-19) Renungan: Teman-teman yang terkasih di dalam perjalanan hidupnya setiap orang pasti akan memiliki visi dan misi tersendiri. Penemuan visi dan misi itu dialaminya dalam proses kehidupan. Di mana setiap orang pasti mengalami begitu banyak situasi di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Situasi itu dan begitu banyak kondisi yang dialaminya membuat mereka menemukan visi dan misi. Demikianlah Yesus yang secara gamblang mengakui visi dan misi-Nya di hadapan orang-orang yang berada di dalam rumah ibadat di Nazaret. Visi dan misi inilah yang kemudian dilaksanakan dan diterapkan oleh Yesus. Bukan melalui gerakan politik atau militer m

Kritisi Rasa Takut

Gambar : canva.com T etapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." (Yoh 11:49-50) Renungan: Teman-teman yang terkasih, ketakutan adalah perasaan yang lumrah dirasakan oleh setiap orang. Entah itu ketakutan akan rencana yang gagal, ketakutan akan kesalahan, ketakutan akan kehilangan dan ketakutan-ketakutan lainnya. Namun, ketakutan menjadi tidak lumrah jika dari ketakutan itu justru mengancam eksistensi atau kehidupan orang lain. Demikianlah rasa dan pemikiran yang ahli taurat, orang farisi dan para imam terhadap kehadiran Yesus. Ahli taurat, orang farisi dan imam khawatir bahwa karya yang dilakukan oleh Yesus sungguh membawa dampak kepada tempat suci dan kehidupannya. Mereka takut popularitas Yesus pun akan membawa diri mereka ditinggalkan. Ketakutan itu membuat mereka m

Tetaplah Berbuat Baik

Gambar: unsplash.com K ata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" (Yoh 10:32) Renungan: Teman-teman yang terkasih, Pekerjaan atau perbuatan baik terkadang berujung pada reward yang akan diberikan. Entah itu reward berupa penghargaan atau mungkin berujung pada respon kurang baik. Itu semua adalah dampak yang memang harus kita terima jika telah melakukan perbuatan baik. Yesus telah berkarya dan melakukan mukjizat di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Namun, pengajaran-Nya menjadi suatu permasalahan. Mereka menolak paham bahwa Yesus menyamakan diri dengan Allah. Mereka lupa bahwa Yesus telah melakukan perbuatan baik dan mukjizat kepada banyak orang. Perbuatan itu merupakan gambaran utuh ajaran yang mereka pelajari melalui hukum Taurat. Itu adalah gambaran Allah yang seutuhnya. Teman-teman. Dari respon Yesus menghadapi orang-orang Yahudi, ahli taurat

Siapakah kita Berani Menghakimi?

D an ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yoh 8:7) Renungan : Teman-teman yang terkasih, begitu mudah seseorang membenarkan hukuman yang disimpulkannya. Belum lagi hal itu ditambahkan dengan paham-paham yang sudah-sudah. Maka, bentuk hukuman pun semakin besar. Di dalam Bait Allah Yesus dihadapkan dengan perempuan yang tertangkap basah berbuat zinah. Menurut hukum pada masyarakat Yahudi, bila ada seorang perempuan tertangkap berbuat zinah, maka perempuan itu harus dihukum rejam sampai mati. Namun, itu bukan inti sesungguhnya. Perempuan berbuat zinah ini ternyata adalah alat yang diberikan untuk mencobai Yesus. Itu dilakukan oleh ahli taurat dan orang Farisi. Niat itu pun harus diurungkan oleh karena pertanyaan Yesus, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada

Menumbuhkembangkan Sikap Seorang Hamba

Gambar : unsplash.com K ata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:38) Renungan: Seorang hamba posisinya tentu lebih rendah daripada orang yang mempekerjakannya. Untuk menjalankan tugasnya dibutuhkan semangat dan kesadaran akan kerendahan hati. Di samping itu, seorang hamba dibutuhkan juga semangat kepatuhan yang total. Itulah sikap-sikap yang dibutuhkan oleh seorang hamba. Sikap demikianlah yang ditunjukkan oleh Maria di dalam pertemuannya dengan malaikat Gabriel. Sebagai seorang perempuan tanpa suami, Maria dapat menolak berita yang disampaikan oleh Gabriel. Namun, Maria berserah diri dengan penuh kepatuhan. Maria melakukan itu berdasarkan imannya kepada Allah. Maria patuh dan menerimanya. Untuk menjadi seorang hamba yang setia tentu diperlukan mental yang kuat. Apalagi di jaman sekarang yang dipenuhi dengan begitu banyak tantangan. Maka, sikap kehambaan tenntu akan kembali diuji.