gambar: http://yesaya.indocell.net |
Oleh : Philipus Vembrey Hariadi
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. (Kej 3:6)
Dari mana datangnya dosa? Yang jelas, hampir sama dengan ungkapan "dari mata turun ke hati." Hampir sama seperti makanan yang enak. Tetapi ternyata dibalik keenakan itu terdapat penyakit dahsyat yang mengikutinya. Saat ditatap pertama kali, makanan tersebut terlihat enak sekali. Lalu, ketika kita merasakan bahwa itu enak, maka yang ada adalah terus menikmatinya. Hingga pada akhirnya saat kita datang ke dokter dan memeriksakan kesehatan kita, ternyata darah kita memiliki tingkat kolesterol yang sangat tinggi.
Seperti itulah dosa. Sama seperti apa yang digambarkan dalam Kitab Kejadian bab 3 ini. Hal pertama yang ditimbulkan oleh dosa ialah sedap. Kemudian, dosa itu akan terus menggoda rasa penasaran manusia. Di sanalah manusia hanya menjumpai dirinya bertemu dengan dua pilihan, yakni "mau yang nikmat?" atau "tidak nikmat?" Seperti itulah kerap kali kita menjumpai diri di tengah persimpangan antara dosa atau tidak.
Tetapi pada dasarnya, manusia memang memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Kecenderungan inilah yang kerap kali kita sebut dengan dosa asal. Oleh sebab itu, untuk kian mengurangi dan bahkan mengembalikan citra manusia sebagai gambaran dari Allah sendiri, maka dibutuhkan penerimaan Sakramen Baptis. Sakramen Baptis selain sebagai inisiasi juga merupakan pintu masuk menemukan kembali jati diri kita sebagai gambaran-Nya. Sakramen Baptis bukan hanya sebagai formalitas sebagai syarat mutlak masuk ke dalam Gereja Katolik melainkan syarat utama untuk mengembalikan citra Allah yang ada di dalam diri kita. Yakni suatu citra yang memiliki akal-budi, kejujuran, kebaikan dan hal positif lainnya.
Komentar
Posting Komentar