Langsung ke konten utama

Bukti Perlindungan Allah melalui Pengalaman

Gambar: http://www.akuinginsukses.com/
“Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagi-Ku. Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib, dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. Kaupeliharalah juga hari raya menuai, yakni menuai buah bungaran dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil usahamu dari ladang. Tiga kali setahun semua orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN.” (Kel 23:14-17)

Masa lalu, merupakan rentetan kisah yang pernah kita alami selama ini. Di dalam kisah itu ada yang sedih atau ada juga yang menggembirakan. Jika kita mengenang suatu peristiwa bersama teman, sahabat atau pun pasangan hidup. Di sana mungkin kita akan mengalami suatu perasaan yang bisa saja sangat menyenangkan atau pun menyedihkan. Namun, di balik itu semua pasti ada nilai yang dapat kita peroleh misalnya untuk lebih berhati-hati dalam berteman atau mencari jodoh. Itulah kegunaan dari pengalaman.

Di dalam kutipan ayat dinyatakan bahwa Allah menginginkan tiga hari penting untuk dirayakan, yakni hari raya roti tidak beragi, hari raya menuai dan hari raya pengumpulan hasil. Seluruhnya itu merupakan sarana untuk mengingatkan kembali bahwa di balik pengalaman sejarah dan keberhasilan ada campur tangan Allah di dalamnya. Oleh karena itu, kerendahan hati adalah sikap yang paling diutamakan dalam merayakan ketiga perayaan itu. Agar kehadiran Allah pun semakin dirasakan di dalam seluruh pengalaman kehidupan bangsa Israel.

Demikian juga kita dalam seluruh rangkaian pengalaman, Allah turut campur di dalamnya. Entah itu pengalaman suka atau pun duka. Di dalam pengalaman susah atau pun gembira. Allah tetap hadir di dalamnya dan Allah pun turut membentuk kepribadian kita berdasarkan pengalaman tersebut. Oleh sebab itu, kita tidak dapat melupakan peran serta Allah di dalam perjalanan kehidupan kita ini. Karena perjalanan yang kita jalani ini tidak akan berjalan sampai jauh jika tanpa berkat perlindungan dan bimbingan dari Allah sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha