Langsung ke konten utama

Ketika Kebenaran itu Ditolak

Gambar: http://www.juniperrsearch.com
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. (Mrk 12:10-11)

Gita adalah salah seorang siswi yang baik dan periang. Ia punya seorang teman, namanya Dwi dan Astri. Karena Gita adalah salah seorang siswi dengan wajah cantik, maka ia senang sekali mendapat pujian dari teman-temannya termasuk kedua temannya itu. Namun sayang suatu kali ada satu peristiwa yang tidak mengenakkan. Gita bertanya kepada Dwi, “Dwi aku cantikkah dengan make up seperti ini?” Dwi menjawab spontan, “Sejak pertama kali kenal kamu, pertanyaannya sama aja. Ganti pertanyaan lain dong.” Mendengar pernyataan itu, Gita mengusir Dwi dan sejak saat itu ia tidak pernah mau berteman lagi dengan Dwi. Perbuatan seperti itu pun diperbuat oleh Gita sampai ia kehilangan teman terakhirnya, yakni Astri.

Yesus di dalam Injil hari ini menekankan bahwa batu yang dibuang oleh tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Maksudnya ialah ada begitu banyak hal yang dilakukan oleh manusia untuk menolak kebenaran. Salah satunya seperti di dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus. Di mana para penggarap kebun tidak menerima kehadiran hamba-hamba yang diutus sang pemilik kebun. Hamba pertama dibunuh, hamba kedua dan ketiga pun harus mengalami hal yang sama. Hingga akhirnya sang pemilik kebun pun datang dan membinasakan seluruh penggarap itu dan menyerahkan kebun itu kepada orang lain.

Di dalam hidup terkadang kita bersikap seperti Gita atau penggarap kebun. Kita menerima kebenaran-kebenaran yang dinyatakan oleh teman atau anggota keluarga kita. Karena tidak mampu menerima kebenaran itu pun pada akhirnya hubungan baik pun menjadi korban di dalamnya. Sehingga, kita pun harus kehilangan hubungan baik yang pernah terjalin dengan baik. Oleh sebab itu, marilah kita tidak perlu menunggu sampai Sang Pemilik kebun datang dan membinasakan seluruh hal yang kita miliki hanya karena kita menolak kebenaran yang disampaikan oleh teman maupun kerabat kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha