Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Bunda Maria teladan Kerendahan Hati

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk. 1:38) Renungan: Apa yang sering kita rasakan ketika kita menerima perintah dari pimpinan di tempat kita bekerja? Terkadang kita menolak karena kita sering beralasan bahwa itu bukanlah pekerjaan kita. Atau bisa juga menerima perintah tersebut tetapi ngedumel. Bisa juga kita menerima dan menjalankannya begitu saja. Atau ada juga yang langsung membantah bahwa itu sudah bukan lagi pekerjaan saya. Bayangkan jika kita pemilik perusahaan memiliki begitu banyak karyawan yang seperti itu, apa jadinya perusahaan kita. Melalui Injil hari ini kita diajak untuk merenungi sikap rendah hati. Apakah kita sudah tahu bagaimana caranya bersikap rendah hati? Itu bisa dipelajari melalui sikap Bunda Maria. Di dalam Injil dinyatakan bahwa Bunda Maria dipilih menjadi perantara kelahiran Juruselamat. Itu disampaikan langsung oleh malaikat Gabriel. Apakah Bunda Mar

Jangan Pergunakan Ukuran Kita

Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya." (Mat. 11:19) Renungan: Kita seringkali mengukur segala sesuatu dengan menggunakan ukuran kita. Misalnya, seorang anak yang baik itu adalah anak yang tidak pernah melawan atau berdebat dengan orang tuanya. Namun ketika kita bertemu dengan seorang anak yang kita bilang baik, ternyata anak tersebut mengalami luka batin yang sangat hebat. Di mana ia tidak diperkenankan untuk mendalami hobinya. Berbeda ketika kita bertemu dengan seorang anak yang kadang berdebat atau diskusi dengan orang tuanya. Anak cenderung terlihat bahagia karena ia menganggap orang tuanya tidak lebih dari sebagai orang tua dan teman. Hari ini kita diajak oleh Tuhan Yesus mendalami makna dari ukuran. Para Ahli Taurat memiliki ukuran yang dipakai pada jaman Daud, bahwa seorang Mesias adalah ia yang datang sebagai

Membagikan Kasih tanpa Menyerah

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? (Mat. 18:12) Renungan: Kasih sayang adalah rasa yang diperlukan bagi setiap orang. Dengan kasih sayang, kita bisa membantu sesama kita yang membutuhkan. Dengan kasih sayang itu pula kita bisa melampaui batas dari rasa kebencian yang kita miliki. Namun, sayang di dalam perjalanan hidup kita sering mengabaikan kasih sayang itu. Misalnya ketika ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami kesulitan, kita cenderung tidak mau memberikan bantuan. Alasannya simple karena nanti ia juga mendapatkan bantuan dari keluarga lainnya. Pandangan seperti itu ditepis oleh pandangan Tuhan Yesus melalui perumpamaan domba yang tersesat itu. Di dalam perumpamaan itu, Tuhan Yesus memberikan pandangan betapa gembiranya Allah ketika mampu menolong domba yang ses

Belajar semakin Rendah Hati dengan Bunda Maria

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:38) Renungan: Kita sering mendengar kata rendah hati. Ada yang sudah mengerti. Tetapi ada juga yang belum mengerti. Sampai-sampai mereka bertanya kepada teman-teman yang berada di dekatnya mengenai rendah hati. Berdasarkan artinya, rendah hati itu tidak sombong atau angkuh. Tidak merasa dirinya paling hebat. Atau tidak mengagungkan diri di hadapan orang lain. Di dalam proses penyelamatan umat manusia, kita memiliki teladan kerendahan hati yakni sosok Bunda Maria. Allah pasti sudah memiliki kriteria khusus yang dimiliki-Nya untuk menghadirkan Putera-Nya di dunia. Karakter utama itu ialah kebaikan dan kerendahan hati seorang Maria. Saat berjumpa dengan malaikat, Maria hanya sempat bertanya suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Tetapi setelahnya, Ia menerima bahwa jika itu sudah kehendak Allah, maka ia akan menjalanin

Bersikap Bijaksana terhadap Firman Tuhan

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. (Mat. 7:24-25) Renungan: Saya pernah bertemu dengan seorang mahasiswa yang mengakui dirinya ialah seorang atheis. Ia mengaku dirinya demikian dikarenakan tidak mengakui beragama. Ia malu jika mengaku bahwa dirinya beragama tetapi hanya bisa mengejek orang lain, berkata kasar kepada orang lain atau tidak mau membantu orang lain. Namun, meski ia tidak mau dikatakan beragama, sikap dan perilakunya menunjukkan bahwa ia memiliki iman yang sangat kuat sekali. Ia mau membantu teman yang kesulitan. Ia mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Tuhan Yesus hari ini mengajak kita untuk merenungkan diri arti dari percaya. Ia mengungkapkan bahwa orang yang mendengar perkataan-Nya dan “melak

Membantu dengan dasar Belas Kasihan

Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." (Mat 15:32)  Renungan: Di dunia ini ada begitu banyak orang yang memiliki niat baik untuk membantu orang yang mengalami kesusahan. Ada juga yang memiliki motif lain dalam membantu orang yang mengalami kesulitan ekonomi. Ada yang meminjamkan uang untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan bunga pada pinjamannya. Ada pula orang yang membantu orang lain dengan motif agar dikenal oleh orang lain. Dalam artian, ia mengkampanyekan kebaikan agar dipilih menjadi kepala daerah atau pun anggota dewan. Melalui ungkapan-Nya di dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengingatkan kepada kita semua untuk memberikan bantuan kepada orang lain melalui motif belas kasihan. Dengan belas kasihan, ki