"Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini." (Kis 28:20)
Renungan:
Banyak kesalahan seseorang menjadi menumpuk dan berubah menjadi dendam karena keinginan diri kita sendiri. Misalnya, ketika ada seseorang yang berbuat salah kepada kita. Kita bukan menegurnya secara empat mata, malah kita memendamnya. Setelah kesalahan itu semakin, semakin dan semakin meningkat maka yang terjadi adalah pelampiasan akan kekesalan. Itu bisa saja perkelahian atau mungkin sampai ke jalur ekstrimnya penghilangan nyawa.
Mengapa demikian? Di dalam Kisah Para Rasul hari ini Santo Paulus harus berani menghadapi resiko dalam mewartakan Kerajaan Allah, yakni dijatuhi hukuman mati. Mengapa bisa dijatuhi hukuman mati? Karena masyarakat Yahudi pada saat itu menghendakinya. Meski demikian, Santo Paulus terus mengusahakan untuk tidak dijatuhi hukuman mati. Di sini ia menyatakan bahwa hukuman berat itu terjadi semata-mata bukan kehendak Allah melainkan kehendak manusia.
Kita terkadang bersikap seperti masyarakat Yahudi terhadap Santo Paulus. Ketika ada seorang teman melakukan tindakan salah, kita tidak pernah menegurnya. Kesalahan itu kita pungut secara satu per satu. Sama halnya seperti mengumpulkan amunisi untuk perang. Seperti itulah kita, setelah amunisi terkumpul, maka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang di luar akal sehat kita.
Renungan:
Banyak kesalahan seseorang menjadi menumpuk dan berubah menjadi dendam karena keinginan diri kita sendiri. Misalnya, ketika ada seseorang yang berbuat salah kepada kita. Kita bukan menegurnya secara empat mata, malah kita memendamnya. Setelah kesalahan itu semakin, semakin dan semakin meningkat maka yang terjadi adalah pelampiasan akan kekesalan. Itu bisa saja perkelahian atau mungkin sampai ke jalur ekstrimnya penghilangan nyawa.
Mengapa demikian? Di dalam Kisah Para Rasul hari ini Santo Paulus harus berani menghadapi resiko dalam mewartakan Kerajaan Allah, yakni dijatuhi hukuman mati. Mengapa bisa dijatuhi hukuman mati? Karena masyarakat Yahudi pada saat itu menghendakinya. Meski demikian, Santo Paulus terus mengusahakan untuk tidak dijatuhi hukuman mati. Di sini ia menyatakan bahwa hukuman berat itu terjadi semata-mata bukan kehendak Allah melainkan kehendak manusia.
Kita terkadang bersikap seperti masyarakat Yahudi terhadap Santo Paulus. Ketika ada seorang teman melakukan tindakan salah, kita tidak pernah menegurnya. Kesalahan itu kita pungut secara satu per satu. Sama halnya seperti mengumpulkan amunisi untuk perang. Seperti itulah kita, setelah amunisi terkumpul, maka tidak segan-segan melakukan hal-hal yang di luar akal sehat kita.
Komentar
Posting Komentar