Langsung ke konten utama

Bahaya Iri Hati dan Egois

Gambar: jawaban.com
"Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. (Yak 3:14-15) "

Renungan:
Apa yang terjadi ketika iri melanda diri kita sendiri? Kita merasa seperti menginginkan apa yang dimiliki oleh orang terdekat kita. Kita mungkin juga menginginkan mendapat perlakuan yang sama dengan orang yang kita irikan. Bagaimana dengan egoisme? Egoisme itu memiliki keinginan yang tinggi terhadap keinginan diri sendiri ketimbang keinginan orang lain. Jika pada iri lebih menginginkan dapat perlakuan yang sama tetapi jika pada egoisme lebih kepada ingin kebutuhannya menjadi superioritas di atas kebutuhan bersama. Jika hal ini dimiliki oleh seseorang di dalam kehidupan berkomunitas, maka kemungkinan besar akan memicu keributan.

Yakobus dalam tulisannya mengingatkan bahwa iri dan egoisme bukanlah hikmat yang datang dari atas. Tetapi itu datang dari nafsu manusia. Dalam kata lain datang dari setan. Karena seperti yang sudah dikatakan sebelumnya ketika iri datang, maka yang ada adalah keinginan untuk mendapatkan perlakuan dan pemberian yang sama. Sedangkan, Tuhan tidak pernah menginginkan kita memiliki perasaan seperti itu. Yang Tuhan inginkan dari kita adalah kita menjadi pribadi yang murni. Pribadi yang mampu memberikan kedamaian, keramahan, menurut, penuh belas kasih, buah-buah yang baik, dan tidak memihak atau munafik.

Namun sangat disayangkan banyak dari kita masih bisa dipengaruhi oleh rasa iri dan egoisme. Sehingga, kita pun tidak lagi menjadi seorang pendamai melainkan pembuat permusuhan. Tidak lagi bisa membuat keramahan karena yang ada di dalam diri adalah keinginan untuk mencapai kebutuhan sendiri atau kelompok. Tidak lagi menjadi pribadi yang menurut karena baginya adalah keinginannya sendiri yang harus menjadi kompas. Tidak lagi penuh belas kasih karena yang ada hanyalah ambisi untuk mencapai keinginannya sendiri. Yang pasti lagi ialah ketika iri dan egois bekerja ialah kemunafikan. Lalu, bagaimana dengan kita sebagai seorang pewarta Kerajaan Allah, “apakah kita masih mau menggunakan rasa iri atau egois diri?”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.