Langsung ke konten utama

Postingan

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen
Postingan terbaru

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Mengebaskan Debu Penolakan

Mrk 6:10-13 : Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Renungan : Teman-teman yang terkasih, mengalami penolakan memang rasa yang sulit sekali kita terima. Apalagi jika itu datang dari orang-orang yang kita berikan kebaikan. Tentu kita memiliki begitu banyak ekspektasi di dalamnya. Tetapi ketika penolakan terjadi, maka kita pun mulai menjadi kesal dan bahkan marah. Yesus hari ini memberikan pengarahan kepada para murid yang diutus untuk pergi berdua-dua. Setelah mereka diberikan kuasa atas roh jahat. Mer

Kerendahan Hati dan Kesadaran Diri

 Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.  Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." (Mrk 1:7-8) Renungan: Teman-teman yang terkasih, tali kasut adalah tali alas kaki pada seseorang. Di dalam budaya Yahudi jika seseorang melepaskan kasut berarti orang tersebut menunjukkan bentuk penghormatan. Jika seorang tuan memasuki rumah. Maka, seorang pelayan atau budak akan membuka kasut tuannya dan membasuh kakinya. Di dalam Injil Yohanes menyatakan dengan tegas,”Sesudah aku akan dating Ia yang lebih berkuasa dari padauk membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Hal ini mau menyatakan bahwa Yohanes dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya adalah perintis. Ia bukanlah sosok yang tinggi dan terhormat. Melainkan pembuka jalan bagi Pemimpin yang sesungguhnya. Kerendahan hati dan kesadaran diri Yohanes membuat dirinya mera

Allah yang Solider

Gambar : Unsplash.com Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." (Yoh 1:33-34) Renungan : Teman-teman yang terkasih baptis adalah suatu proses yang dilakukan bagi seseorang yang ingin bertobat dan mengikuti Allah. Hal inilah yang dilakukan oleh Yohanes di dalam karya pewartaannya. Ia senantiasa mewartakan mengenai pertobatan dan melakukan pembaptisan. Namun, apakah dengan hal ini mau menyatakan bahwa Yesus itu berdosa? Pembaptisan yang terjadi pada Yesus bukan menyatakan berdosa. Pembaptisan yang terjadi atas diri Yesus saat itu ialah mau membuktikan kepada setiap orang bahwa Allah solider. Solider kepada siapa? Kepada setiap orang yang berdosa. Dengan demikian Allah membuktikan kasih-Nya kepada manusia ada

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha

Allah Hadir dalam Setiap Momen Kehidupan

K ata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"  (Luk 24:32) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kehilangan seseorang tentu akan membawa seseorang merasa sangat tidak percaya. Apalagi jika peristiwa itu terjadi dengan cara yang tidak wajar. Itu tentu akan membawa orang yang terdekat merasa tidak percaya dan tentunya hal yang tidak lumrah. Apalagi jika kehilangan seseorang yang sudah kita percayai dan kagumi dengan cara yang tidak wajar. Itu tentu sangat-sangat membawa rasa kehilangan yang teramat sangat dan melahirkan begitu banyak asumsi.   Demikianlah juga yang dialami oleh kedua orang yang berjalan bersama Yesus menuju Emaus. Setelah Yesus disalibkan, para murid menjadi ketakutan. Di antaranya kedua orang murid Yesus yang berjalan bersama-Nya menuju Emaus. Mereka mengalami ketidakpercayaan akan peristiwa yang menimpa Guru mereka. Guru yang selama i