Gambar: alkitabonline.org |
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia
adalah juga Tuhan atas hari Sabat."(Mrk. 2:27-28)
Renungan:
Teman-teman terkasih, Sabat (שבת shabbāṯ, Shabbat,
"istirahat" atau "berhenti bekerja" dalam bahasa Ibrani,
atau Shabbos dalam ucapan Ashkenazi), adalah hari istirahat setiap Sabtu dalam
Yudaisme. Hari Sabat dirayakan dari saat sebelum matahari terbenam pada hari
Jumat hingga tibanya malam pada hari Sabtu. Perayaan ini dilakukan oleh banyak
orang Yahudi dengan berbagai tingkat keterlibatan dalam Yudaisme. Dari kata
Sabat ini diperoleh istilah Sabbath dalam bahasa Inggris, Sabt dalam bahasa
Arab (السبت), dan Sabtu
dalam bahasa Indonesia. Dari kata ini pula muncul konsep "sabatikal",
yaitu berhenti bekerja pada Sabat. Orang Yahudi menganggap peringatan Sabat,
sebagai hari ke-7 setiap pekannya, tidak terputus sejak ditetapkan saat Allah
menciptakan alam semesta, di mana manusia diciptakan pada hari ke-6. (sumber: https://id.wikipedia.org)
Hari ini Yesus mendapat kritik dari orang-orang
Farisi mengenai sikap murid-murid yang terjadi pada hari Sabat. Di mana para
murid memetik bulir gandum saat berjalan di ladang gandum. Di dalam ke-39 larangan perbuatan yang dilakukan saat hari sabat, tercantum larangan untuk
menuai. Oleh sebab itu, orang Farisi mengkritik perbuatan yang dilakukan oleh
Yesus. Lalu, Yesus menjelaskan, "Belum pernahkah kamu baca apa yang
dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan
kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat
sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu?yang tidak boleh dimakan kecuali
oleh imam-imam?dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya.” (Mrk. 2:25-26)
Mengapa Yesus bertanya seperti itu? Yesus ingin
menjelaskan bahwa kondisi para murid-Nya ialah kelaparan. Selain mengalami
kelaparan, para murid pun juga kekurangan bahan makanan. Dengan kondisi seperti
itu, maka mana yang didahulukan terlebih dahulu, manusia atau peraturan?
Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus
Kristus, terkadang di dalam hidup ini kita bersikap seperti orang farisi. Ketika
bertemu dengan orang yang tidak kita suka, maka kita mencoba untuk mencari-cari
kesalahan dari orang tersebut. Bahkan sampai-sampai menggunakan peraturan
keagamaan. Pertanyaannya untuk apakah itu semua? Apakah dengan hal itu kita
mengangkat martabat manusia atau justru menjatuhkannya?
Komentar
Posting Komentar