Langsung ke konten utama

Membangun Bait Allah dalam Diri

"Apa yang kamu lihat di situ?akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." (Luk. 21:6)

Renungan:
Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Kesan apa yang timbul pertama kali ketika kita melihat sebuah mall yang besar dan megah? Di dalamnya disiapkan begitu banyak fasilitas untuk memanjakan manusia. Di antaranya ada tempat bagi anak-anak untuk bermain, fasilitas bioskop yang begitu megah dan lengkap, ditambah dengan sarana parkir yang luas. Pasti diri kita berdecak kagum akan kemegahan dari mall tersebut. 

Hari ini dalam bacaan Injil banyak orang yang berdecak kagum akan keindahan Bait Allah. Bait Allah itu akan menjadi tempat peribadatan bagi bangsa Yahudi saat itu. Namun, Yesus tidak merasakan kekaguman itu sama sekali. Melihat itu, Yesus justru menubuatkan bahwa yang ada dan dipuja-puja pada saat ini akan runtuh. Setelahnya akan terjadi penyesatan, peperangan dan bencana besar. Di mana itu semua pun menurut Yesus bukanlah kesudahan yang berarti waktunya akan datang dengan segera. 

Bangsa Yahudi pernah memiliki Bait Allah sebelum kehadiran Yesus. Bait Allah itu hancur pada tahun 586 SM oleh bangsa Babel di bawah raja Nebukadnezar. Lalu, kemudian dibangunlah Bait Allah kedua sejak tahun 536 SM dan selesai pada tahun 515 SM. Kemudian, Bait Allah tersebut pun hancur pada tahun 70 SM oleh pasukan-pasukan Romawi di bawah Kaisar Titus. 

Teman-teman yang terkasih, kita semua pasti akan mengalami penyesatan, peperangan, bencana besar dan keruntuhan Gedung-gedung yang dikagumi banyak orang. Namun kita harus menghadapinya dengan Bait Allah yang sesungguhnya yakni iman yang ada di dalam diri kita sendiri. Kita bisa mulai membangunnya dari sekarang dengan rajin berdoa, berbuat baik dan menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha