Gambar: https://katarinahalimloves.wordpress.com |
Ibu Regina dan ibu Meliawati merupakan dua tetangga yang akrab dan saling membantu. Terkadang saat Ibu Regina kekurangan bumbu masak, ibu Meliawati memberikan bumbu masakan yang dimilikinya. Di saat akhir tahun pun terkadang kedua keluarga merayakan tahun baru secara bersama-sama. Namun, sayang kerukunan yang terjadi tidak berlangsung lama. Oleh karena gosip yang disebarkan oleh salah seorang oknum di lingkungan perumahan. Kini kerukunan di antara mereka menjadi terpecahkan. Ibu Regina mulai menjaga jarak. Begitu juga dengan ibu Regina. Jika ibu Regina ingin melewati halaman depan dari ibu Meliawati, ia tidak ingin menyapanya dan membuang tatapannya ke depan. Seakan-akan tidak mau melihatnya. Begitu pun juga dengan ibu Meliawati, ketika berkumpul bersama dengan ibu maka ia tidak ingin mendengar sesuatu pun tentang Ibu Regina.
Jika membaca kisah tersebut dapat dikatakan bahwa hanya karena satu pernyataan dari oknum yang tidak bertanggung jawab, persatuan di antara Ibu Regina dan Meliawati menjadi pecah. Keduanya yang semula saling membantu dan mengasihi berubah mendadak menjadi saling membenci. Namun, dari peristiwa saling membenci ini saya ingin melihat bagaiman kedua Ibu tersebut hidup di dalam energi kebencian yang sangat besar. Sehingga dengan kebencian itu pun, mereka melahirkan pembatasan dalam hidup. Mungkin semula ketika ibu Regina melintasi halaman rumah dari ibu Meliawati dapat menyapa dengan ramah dan berbincang. Tetapi setelah permusuhan, ruang gerak keduanya menjadi terbatas.
Itulah energi kebencian yang lahir di dalam diri Ibu Regina dan Meliawati. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegaskan bahwa “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44). Karena dengan mengasihi, kebencian yang terjadi pun menjadi berkurang. Setelah kebencian berkurang, maka titik terang dari sebuah permasalahan pun akan terlihat dengan jelas. Sehingga, kebencian yang ada pun menjadi berkurang dan berubah menjadi saling mengasihi.
Saudara-saudari terkasih terkadang kita juga pernah mengalami kondisi yang sama yang dialami oleh ibu Regina dan Meliawati. Kita dikejar-kejar oleh rasa kebencian yang teramat besar sehingga membuat diri kita pun tersiksa. Namun, kita lupa bahwa kebencian hanya akan membawa dampak yang buruk bagi diri kita sendiri. Terlepas dari itu pun Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada kita bahwa “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat 5:46). Dengan melakukan hal itu pun kita menerima undangan yang diberikan oleh Tuhan Yesus,” Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:48).
Komentar
Posting Komentar