Langsung ke konten utama

Mengasihi atau Membenci?

Gambar: https://katarinahalimloves.wordpress.com
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44)
Ibu Regina dan ibu Meliawati merupakan dua tetangga yang akrab dan saling membantu. Terkadang saat Ibu Regina kekurangan bumbu masak, ibu Meliawati memberikan bumbu masakan yang dimilikinya. Di saat akhir tahun pun terkadang kedua keluarga merayakan tahun baru secara bersama-sama. Namun, sayang kerukunan yang terjadi tidak berlangsung lama. Oleh karena gosip yang disebarkan oleh salah seorang oknum di lingkungan perumahan. Kini kerukunan di antara mereka menjadi terpecahkan. Ibu Regina mulai menjaga jarak. Begitu juga dengan ibu Regina. Jika ibu Regina ingin melewati halaman depan dari ibu Meliawati, ia tidak ingin menyapanya dan membuang tatapannya ke depan. Seakan-akan tidak mau melihatnya. Begitu pun juga dengan ibu Meliawati, ketika berkumpul bersama dengan ibu maka ia tidak ingin mendengar sesuatu pun tentang Ibu Regina.

Jika membaca kisah tersebut dapat dikatakan bahwa hanya karena satu pernyataan dari oknum yang tidak bertanggung jawab, persatuan di antara Ibu Regina dan Meliawati menjadi pecah. Keduanya yang semula saling membantu dan mengasihi berubah mendadak menjadi saling membenci. Namun, dari peristiwa saling membenci ini saya ingin melihat bagaiman kedua Ibu tersebut hidup di dalam energi kebencian yang sangat besar. Sehingga dengan kebencian itu pun, mereka melahirkan pembatasan dalam hidup. Mungkin semula ketika ibu Regina melintasi halaman rumah dari ibu Meliawati dapat menyapa dengan ramah dan berbincang. Tetapi setelah permusuhan, ruang gerak keduanya menjadi terbatas.

Itulah energi kebencian yang lahir di dalam diri Ibu Regina dan Meliawati. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegaskan bahwa “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44). Karena dengan mengasihi, kebencian yang terjadi pun menjadi berkurang. Setelah kebencian berkurang, maka titik terang dari sebuah permasalahan pun akan terlihat dengan jelas. Sehingga, kebencian yang ada pun menjadi berkurang dan berubah menjadi saling mengasihi.

Saudara-saudari terkasih terkadang kita juga pernah mengalami kondisi yang sama yang dialami oleh ibu Regina dan Meliawati. Kita dikejar-kejar oleh rasa kebencian yang teramat besar sehingga membuat diri kita pun tersiksa. Namun, kita lupa bahwa kebencian hanya akan membawa dampak yang buruk bagi diri kita sendiri. Terlepas dari itu pun Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada kita bahwa “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat 5:46). Dengan melakukan hal itu pun kita menerima undangan yang diberikan oleh Tuhan Yesus,” Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:48).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.