Gambar: https://id.wikipedia.org |
Renungan:Teman-teman terkasih, masih ingatkah kita pada akhir kehidupan dari seorang anak bernama Habel? Ia tewas di tangan saudaranya sendiri yakni Kain. Penyebabnya ialah rasa iri hati yang timbul dari dalam diri Kain. Persembahan yang diberikan oleh Kain tidak pernah diindahkan oleh Allah sedangkan Habel selalu diindahkan. Rasa iri ini yang selalu membuat timbulnya dosa. Di dalam diri kita rasa iri juga ada. Apalagi jika bicara mengenai posisi atau jabatan. Pasti rasa iri berkecamuk di dalam diri orang-orang sekelilingnya.
Di dalam bacaan dari kitab kebijaksanaan hari ini, kita melihat bagaimana perasaan iri berkecamuk di dalam diri orang yang membenci kebaikan. Yang diinginkan oleh orang itu hanyalah menghindari diri dari orang yang baik. Karena orang baik bagi mereka hanya akan menghakimi orang-orang yang sama dengan mereka. Oleh sebab itu, mereka memiliki rencana untuk mencobainya. Agar di tengah pencobaan itu mereka bisa melihat kelemahlembutan Allah.
Surat kepada Yakobus membahasnya lebih mendalam. Surat ini membahas mengenai dampak dan bentuk-bentuk perbuatan dari iri hati itu sendiri. Ditekankan dalam surat tersebut bahwa, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yak 3:16). Mengapa akan ada kekacauan dan perbuatan jahat? Karena jika sudah ada iri hati maka beragam cara pun pasti dilakukan. Meski itu pun harus dengan kejahatan. Maka, dengan demikian iri hati itu pasti mengajak teman-teman lainnya seperti kekacauan dan kejahatan.
Di dalam iri hati itu sendiri juga mengajak bentuk-bentuk kelanjutannya seperti sengketa dan pertengkaran? (Yak. 4:1) itu semua datang dari iri hati. Penyebabnya ialah “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak. 4:2-3). Lalu, bagaimana kita sebagai orang beriman harus menghindarinya?”
Injil hari ini memberikan petunjuk kepada kita untuk menghindar dari perasaan iri kepada sesama. Tuhan Yesus dalam Injil hari ini menegaskan, "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." (Mrk. 9:37). Mengapa Tuhan Yesus memberikan perumpamaan itu? Karena melalui anak kecil kita dapat belajar bagaimana mereka bermain bersama. Mereka tidak merasa iri satu sama lain. Tetapi mereka sangat senang jika sudah bersama-sama. Mereka tidak memiliki nafsu. Mereka tidak mengingini sesuatu. Mereka tidak mengikuti nafsu. Itulah anak kecil dan mengapa Tuhan Yesus menginginkan kita menjadi anak kecil.
Teman-teman sekalian, iri hati adalah juga salah satu dosa pokok. Mengenai hal ini mari kita belajar bagaimana seharusnya kita bersikap melalui St Gregorius Agung mengatakan bahwa iri hati menimbulkan kedengkian, fitnah, hujat, kegirangan akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya. (KGK #2539) Kebajikan yang adalah lawannya adalah kebaikan hati; namun mengingat kesombongan adalah 'ibu dosa' maka kerendahan hati mutlak dibutuhkan juga. (KGK #2540) Maka, marilah kita lebih rendah hati agar dapat menangkal tumbuh dan meradangnya iri hati di dalam diri kita.
Komentar
Posting Komentar