Langsung ke konten utama

Kasih itu...

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. (Mrk 6:34-44)

Renungan:

Teman-teman yang terkasih, pernahkah terbayang bagi kita kasih dari seorang ibu kepada kita? Kasih ibu itu tulus. Sembilan bulan sudah mengandung kita. Setelah itu kita dilahirkan dan dibesarkan. Ketika kita sudah besar pun kasih ibu itu tidak putus-putusnya. Ia tetap mendampingi kita dalam situasi apa pun. Pertanyaannya, apakah dengan kasih itu ibu memintanya kembali kepada kita?

Hari ini kita diajak untuk melihat bagaimana kasih itu diwujudkan dalam diri Yesus. Jika kita melihat pada bacaan Injil hari ini sesungguhnya Yesus beserta para murid ingin menuju ke tempat sunyi untuk beristirahat. Namun, karena belas kasih Yesus mau memberikan waktu kepada mereka dengan memberikan pengajaran.

Tidak berhenti hanya pada memberikan waktu dengan memberikan pengajaran. Di saat menjelang malam, para murid menyerah menghadapi orang banyak itu dengan meminta kesediaan Yesus untuk mengajak mereka meninggalkan lokasi. Hal itu memang logis, dikarenakan jumlah murid beserta Yesus tidak seimbang. Perbekalan pun mungkin tidak sanggup untuk memberikan orang banyak itu makan.

Tetapi sekali lagi, di saat para murid mungkin berpikir untuk meminta orang banyak itu pergi. Tidak halnya dengan Yesus. Sekali lagi, Yesus meminta para murid-Nya untuk memberikan orang banyak itu makan. Para murid pun dengan baik menjawab tantangan Yesus tersebut dengan memberikan gambaran bahwa kondisi keuangan pun tidak akan mencukupi untuk membelikan mereka roti satu persatu. Untuk menjawab pemikiran itu, akhirnya Yesus mewujudkan kasih-Nya melalui penggandaan lima roti dan dua ekor ikan. Alhasil, mereka semua dapat makan sampai kenyang.

Teman-teman, jika ada pertanyaan apa itu kasih? Kita dapat menjawabnya melalui tindakan yang sudah diteladani oleh Yesus, yakni dengan meninggalkan kenyamanan diri dan memberikan diri kepada orang lain dan melakukan kebaikan di dalamnya. Kasih itu pun tidak meninggalkan dan tetap optimis. Karena dengan kasih, Allah pun juga yakin bahwa sedemikian banyak orang yang berdosa pada saatnya akan bertobat. Maka, marilah kita membagikan kasih dengan memberikan waktu, diri dan juga keoptimisan kita kepada sesama. Sehingga, mereka pun dapat merasakan kasih yang Allah berikan kepada kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha