Langsung ke konten utama

Roh Jahat itu Menjauhkan Kita dari Tuhan

Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (Mrk 1:25)

Renungan:
Teman-teman yang baik. Berbicara mengenai roh jahat. Mark E. Thibodeaux, SJ memahami roh jahat dalam bahasa Ignatian tidak hanya mengacu pada setan, tetapi termasuk juga trauma atas pengalaman pahit, beban psikologis, kelemahan emosional, dan lain-lain. Ketika kita berani melawan orang tua, bisa jadi kita digerakkan oleh setan atau oleh luka batin di masa kecil kita. Roh jahat adalah apa pun yang menarik seseorang untuk menjauh dari Tuhan dan dari rencana kasih Tuhan untuk dunia. Begitu juga dengan roh jahat dalam bahasa Ignatian tidak hanya mengacu pada Roh Kudus, tetapi termasuk juga hidup yang bahagia, pengalaman-pengalaman positif, kekuatan psikologis, dan hal baik lainnya (Mark E. Thibodeaux, SJ, God’s Voice Within, 12). [1]

Hari ini setelah selesai mengajar, Yesus berhadapan dengan seorang yang kerasukan setan. Roh jahat itu berseru kepada Yesus, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Yesus menghardiknya untuk tidak berbicara dan kemudian mengeluarkan roh jahat dari dalam diri orang tersebut.

Teman-teman yang terkasih. Mengacu pada penjelasan dari Mark E. Thibodeaux bahwa roh jahat itu bukan hanya setan. Maka, kita dapat diajak untuk mengenal bahwa roh jahat itu ada di sekeliling kita. Roh ini membawa kita menjauh dari Tuhan. Jika kita berada di dalam pengaruhnya, maka kita akan berada di dalam kondisi desolasi. Desolasi merupakan situasi berat, kesepian, gelap, kehilangan harapan, kasih, dan iman. [2] Kita ditantang untuk mengatasi roh jahat itu. Mulai dari trauma pahit, beban psikologis, kelemahan emosiona dan lain-lain. Sehingga kita pun dapat menjadi seorang pengikut Kristus yang utuh dan dapat mewartakan Kerajaan Allah di dalam keluarga, teman-teman dan orang-orang yang kita kasihi.


[1] https://parokikotabaru.org, 10/01/2022


[2] Ibid, 10/01/2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.