Langsung ke konten utama

Bahaya Keterikatan

Gambar: http://www.beritamujizat.com
Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat. 19:21)

Renungan: Teman-teman, apa yang akan Anda lakukan ada seorang bapak tua yang datang pada Anda meminta kerelaan hati Anda untuk memberikan segala sesuatunya pada Anda? Kesal, itu sudah pasti. Apalagi itu adalah hasil dari jerih payah yang sudah kita lakukan selama bertahun-tahun. Mau diberikan begitu saja? Nanti dulu ya… Lalu, bagaimana jika yang meminta itu adalah ayah Anda yang sedang sakit keras? Tambah berat. Sepertinya beban dan bobot di dalam kedua pertanyaan itu sedikit berbeda. Namun, intinya sama saja yakni takut karena yang ingin dilepaskan adalah hasil dari perjuangan yang dilakukan selama bertahun-tahun.

Hari ini Tuhan Yesus meminta kepada Anda untuk melakukan demi diri-Nya. Di hadapan seorang anak muda Ia meminta untuk melepaskan segala harta dan miliknya. Apakah itu dilakukannya? Berbeda halnya dengan kedua belas rasul yang dipilih. Ketika ditunjuk oleh Tuhan Yesus, maka mereka langsung mengikuti-Nya. Tetapi tidak dengan anak muda ini. Ia berpikir dan kemudian menangis karena harta yang dimilikinya sangatlah berat. Menangis sendiri sudah merupakan jawaban bahwa ia berkeberatan untuk melakukannya.

Apa sih maksud Tuhan Yesus meminta anak muda itu menjual hartanya? Terlepas dari bahwa Tuhan sudah mengetahui bahwa anak itu kaya. Tuhan Yesus mau mengajarkan kepada kita satu nilai yakni ketergantungan. Ketergantungan itu terkadang menjadi baik. Tetapi ketergantungan itu juga bisa menjadi seperti rayap. Menggerogoti secara perlahan kemudian hancur. Seperti itulah ketergantungan pada harta yang dimiliki oleh anak muda dalam kisah Injil itu. Kita juga terkadang seperti itu, ketika kita diminta untuk pergi retret atau rekoleksi. Kita menjadi khawatir bahwa rumah kita kenapa-kenapa. Tetapi jika kita berpikir demikian terus, apakah itu baik bagi perkembangan hidup kita? Jika memang baik, kapan Kerajaan Allah itu bisa datang di dalam diri kita sendiri?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.