Langsung ke konten utama

Keempatian yang Menghalangi Rahmat Allah

Gambar: http://www.ahzaa.net
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mat. 16:23)

Renungan:Teman-teman, rasa takut akan kehilangan seringkali menyerang diri kita. Misalnya, kita takut sekali akan kehilangan sahabat kita. Ada juga yang merasa takut akan orang tua yang disayangi. Dengan rasa takut itu kita kadang berupaya dengan sekuat tenaga untuk menjaga benda atau orang yang kita sayangi. Sampai suatu saatnya nanti, ketika kehilangan kita seperti kehilangan separuh nyawa kita.

Hari ini Tuhan Yesus berbicara dengan keras kepada Petrus mengenai responnya terhadap pernyataan yang menggambarkan bahwa Tuhan Yesus harus menderita. Di sini Petrus memiliki niat yang sangat baik kepada Tuhan Yesus. Petrus menginginkan bahwa Tuhan Yesus terhindarkan dari kematian yang akan terjadi di Yerusalem. Namun, Tuhan Yesus justru menegurnya dengan keras bahwa apa yang dinyatakan oleh Petrus itu menghalangi kehendak Allah. Justru melalui salib itu kehendak Allah hadir di dalam-Nya. Keempatian Petrus dinilai menghalangi rahmat dan kehendak Allah.

Teman-teman, kita juga sering melakukan apa yang dilakukan oleh Petrus. Atas dasar rasa takut akan kehilangan, kita melakukan hal-hal yang justru menghalangi rahmat Allah hadir di dalamnya. Seperti misalnya pada saat ulangan. Atas dasar empati berlebih dan takut kehilangan teman, kita memberikan jawaban. Padahal, jika kita melihat lebih dalam kalau teman itu mendapat nilai buruk, di dalamnya terdapat rahmat Allah yang menyatakan bahwa yang bersangkutan harus semakin rajin belajar dan meningkatkan kemandiriannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.