gambar:sangsabda.wordpress.com |
Siapa yang tidak pernah terserang dengan penyakit yang bernama kekhawatiran? Kekhawatiran akan sesuatu hal pasti menyerang diri seorang manusia. Kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi atau pun dengan kehidupannya sendiri. Setiap manusia sudah pasti mengalami kekhawatiran di dalam dirinya. Tetapi itu semua tergantung pada diri manusia itu sendiri. Bagaimana manusia itu mampu mengolah dan melepaskan diri dari segala kekhawatirannya tersebut.
Di dalam kitab Kejadian ini, dikisahkan mengenai kekhawatiran yang terdapat di dalam diri Abraham. Abraham mengkhawatirkan bahwa dirinya tidak akan memiliki pewaris atau keturunan. Abraham pun mempertanyakan kekhawatiran itu kepada Allah. Di sini sosok Allah memberikan sebuah janji, janji mengenai keturunan yang akan diperolehnya. Allah menjanjikan sesuatu yang besar pada diri Abraham. Oleh sebab itu, Abraham mengatasi itu semua dengan mempercayakan itu semua dan menyerahkannya kepada Allah. Di sinilah letak kebesaran iman Abraham kepada Allah. Meski ia mengalami kekhwatiran tetapi pada ayat 7-11 dari bab 15 ini, Abraham tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah terhadap kehidupannya.
Di dalam kehidupan ini, hanya ada dua tawaran di dalam perkembangan iman seorang kristen. Ketika ia mengalami kekhawatiran, apakah ia akan tetap menjalankan apa yang Allah kehendaki di dalam dirinya? Atau justru ketika kekhawatiran menyerang, maka iman kita pun goyah. Sehingga, kita pun semakin meninggalkan jauh iman tersebut. Di dalam kisah kitab Kejadian Abraham telah mengajarkan kepada kita bahwa di dalam kekhawatiran ada beberapa hal yang perlu kita perbuat, yakni mempertanyakan dalam doa, percaya, tetap taat dan menyerahkan segala sesuatunya berdasarkan kehendak Allah. Mari kita semua meneladani sikap Abraham ini dengan kembali memulai mengolah kekhawatiran yang ada di dalam diri, hingga pada saatnya nanti Allah akan menunjukkan kasih di dalam diri kita.
Komentar
Posting Komentar