Langsung ke konten utama

PERWUJUDAN-ALLAH=NIHIL

gambar:kasih-karunia.org
"Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing." (Kej 11:6-7)

Oleh : Philipus Vembrey Hariadi

Ketika kita memiliki keinginan untuk memberlangsungkan sebuah kegiatan atau ingin mewujudkan keinginan yang selama ini diidam-idamkan. Di sana kita mulai menyusun segala sesuatunya agar apa yang kita inginkan itu terwujud dan terealisasi dengan sangat baik. Mulai dari hal-hal yang sifatnya terlihat di permukaan sampai pada hal-hal yang bersifat inti dan partial. Seluruhnya kita upayakan agar tersusun dengan baik. Pada saat itu mungkin pikiran dan hati kita tertuju pada misi agar keinginan kita dapat tercapai. Sehingga itu sangat menguras pemikiran kita dan mengambil bagian-bagian dalam hidup kita. Tetapi ternyata terkadang kita melupakan satu sosok yang ternyata kerap terlupakan.

Sosok itulah yang ditampakkan di dalam proses pembangunan menara Babel. Menara tersebut ingin dibuat sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap dewa. Di sana Allah berperan sangat besar, yakni dengan menghancurkan sistem bahasa manusia. Allah membuat bahasa yang bagi manusia merupakan hal yang paling esensial atau penting. Allah membuat apa yang diinginkan dan coba diwujudkan menjadi hancur. Bukan karena Allah pencemburu melainkan Allah menunjukkan bahwa selain persatuan masih ada hal lain yang dibutuhkan, yakni Allah.

Kita boleh memiliki visi dan misi yang sama di dalam hidup ini. Kita boleh memiliki bahasa dan tekad yang sama. Tetapi jika Allah terlupakan di dalam proses perwujudan dalam keinginan itu, maka kehancuran akan mendekati proses tersebut. Jika Allah justru sengaja dilupakan, maka proses perwujudan itu pun akan semakin dekat dengan pintu kehancuran. Jadi, mengapa kita sering melupakan Allah di dalam proses perwujudan keinginan? Apakah keinginan itu hanya berkaitan dengan keinginan dan idealisme kita masing-masing?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha