Langsung ke konten utama

BERTANGGUNG JAWAB DAN KONSISTEN TERHADAP PILIHAN

"Penghinaan yang ku derita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; Tuhan kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau." (Kej 16:5-6)

Oleh : Philipus Vembrey Hariadi

Pilihan merupakan apa pun yang harus dipertanggung jawabkan oleh seorang manusia. Oleh sebab itu, ketika kita memilih sesuatu hal, terutama itu menyangkut mengenai hidup, maka sebelumnya kita sudah harus menyadari konsekuensi yang akan kita terima di dalam pilihan tersebut. Ini mengisyaratkan bahwa di dalam sebuah pilihan selalu ada tanggung jawab terhadap konsekuensi yang akan timbul di masa depan. Itu mengibaratkan bahwa kita juga perlu konsisten terhadap pilihan itu. Dari sana tanggung jawab terhadap pilihan akan menggambarkan konsistensi dari kepribadian kita.

Di dalam kutipan itu, tergambar dengan sangat jelas bagaimana Sarai mengeluarkan suatu sikap yang kurang konsisten terhadap pilihannya. Pada awalnya, ia sendirilah yang memberikan ijin kepada Abram untuk menghampiri dan mengambil hamba perempuan tersebut. Tetapi untuk kemudian, ketika Hagar (nama dari hamba Sarai) justru diperlakukan secara tidak adil oleh Sarai. Tetapi Allah jelas meminta kepada Hagar untuk kembali lagi kepada hambanya Sarai. Di sini Allah ingin mengajarkan kepada Sarai untuk tetap konsisten terhadap pilihan yang telah diambil. Meski Sarai pada dasarnya tidak menginginkan Hagar kembali. Demikian pun juga Hagar.

Di dalam hidup ini kerap kali konsistensi diri kita terhadap pilihan yang telah diambil masih kurang. Dampaknya ketika pilihan tersebut telah kita ambil dan resiko di dalam pilihan tersebut timbul, terkadang kita bersikap seperti Sarai. Kurang bertanggung jawab dan meninggalkan keputusan dan kebertanggung jawaban tersebut. Sehingga, kita pun justru menginginkan kondisi sebelum pilihan tersebut timbul kembali. Oleh sebab itu, mari kita menyadari diri bahwa sikap bertanggung jawab dan konsisten terhadap pilihan merupakan satu hal penting yang perlu ditumbuhkan. Karena dari sikap tersebut, maka gambaran cinta kasih Allah akan semakin timbul di dalam diri kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.