Langsung ke konten utama

PENTINGNYA "BERBUAT" BAIK

Gambar:www.ihsyah.web.id
"Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya" (Kej 4:6-8)

Oleh : Philipus Vembrey Hariadi

Berbuat merupakan kata yang nampaknya biasa-biasa saja. Tetapi apakah Anda tahu bahwa jika kita menyimak lebih spesifik kata "berbuat" itu memiliki arti ber.bu.at
[v] mengerjakan (melakukan) sesuatu: kita harus selalu -- baik kpd sesama manusia; janganlah kita -- jahat.
Mengerjakan atau melakukan sesuatu, itulah makna mendasar dari kata berbuat. Mengapa harus berbuat? Ada hal yang perlu diperhatikan mengenai kata berbuat ini. Berbuat berarti harus bekerja, bekerja berarti melakukan aktititas dan aktifitas itu sendiri tepat seperti apa yang ditulis oleh pemilik dari priangan20.com, yakni :
  1. Bekerja adalah ibadah, artinya bekerja serius penuh kecintaan.
  2. Bekerja adalah amanah, artinya bekerja benar penuh tanggung jawab.
  3. Bekerja adalah dakwah, artinya bekerja saling asah, asuh, dan asih.
  4. Bekerja adalah rahmat, artinya bekerja tulus penuh syukur.
  5. Bekerja adalah panggilan, artinya bekerja tuntas penuh integritas.
  6. Bekerja adalah kehormatan, artinya bekerja tekun penuh keunggulan.
  7. Bekerja adalah pelayanan, artinya bekerja paripurna penuh kerendahan hati.
  8. Bekerja adalah resiko, artinya bekerja penuh ikhlas & sabar.
  9. Bekerja adalah aktulaisasi, artinya bekerja keras penuh semangat.
  10. Bekerja adalah seni, artinya bekerja cerdas penuh kreativitas.
  11. Bekerja adalah rekreasi yang dibayar, artinya bekerja penuh kebahagiaan.
Untuk apa itu semua? Pernahkah Anda termenung dan tidak tahu harus melakukan apa? Sehingga malas untuk melakukan apa pun. Di dalam situasi yang seperti itu ada begitu banyak pemikiran yang selama ini tidak pernah terpikirkan oleh Anda? Di saat seperti itulah dosa cenderung bekerja. Mulai dari kemalasan, acuh tak acuh dan hal-hal negatif lainnya. Itu semua akan cenderung mengganggu diri kita seakan menunggu untuk melahapnya.

Namun, Allah menegaskan bahwa berbuat merupakan kata kunci untuk menghindari diri dari dosa. Berbuat itu sendiri merupakan anugerah Allah dalam memberikan kekuatan agar manusia terhindar dari dosa. Sehingga dari berbuat itu manusia bisa kembali memiliki citra sebagai citra Allah. Berbuat yang dimaksud di sini ialah berbuat baik. Berbuat baik kepada sesama dengan tiada henti. Dengan demikian, maka kita sebagai manusia pun mampu mengatasi diri terhadap dosa.

Dengan demikian, maka marilah kita makin berbuat baik kepada sesama sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan mencintai sesama. Sehingga kita pun dapat menghindarkan diri dari dosa dan memperbaharui diri sebagai citra Allah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha