"Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." (Kej 6:3)
Oleh : Philipus Vembrey Hariadi
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Di dalam kesempurnaan itu manusia diberikan anugerah yang membuatnya berbeda dari ciptaan lainnya. Jika binatang memiliki insting dalam mencari mangsanya, maka manusia memiliki anugerah, yakni akal-budi. Di mana manusia diyakini mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Di balik itu ternyata manusia memiliki kekurangan.
Di dalam pernyataan dalam Kitab Kejadian dibahas oleh penulis melalui ungkapan "daging". Di sini Allah mau menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti keinginan daging. Oleh sebab itu, Allah sudah menyatakan bahwa Roh-Nya tidak akan tinggal selama-lamanya di dalam diri manusia. Padahal dengan karunia menetapnya Roh Allah, manusia dapat mencapai kesempurnaan dan mengembalikan citranya.
Dengan demikian, menjadi tugas dari masing-masing pribadi selaku manusia untuk mulai mengkritisi dan merefleksikan diri. Apakah kita cenderung mengikuti daging atau membiarkan Allah memberikan Roh-Nya kepada kita?
Oleh : Philipus Vembrey Hariadi
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Di dalam kesempurnaan itu manusia diberikan anugerah yang membuatnya berbeda dari ciptaan lainnya. Jika binatang memiliki insting dalam mencari mangsanya, maka manusia memiliki anugerah, yakni akal-budi. Di mana manusia diyakini mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Di balik itu ternyata manusia memiliki kekurangan.
Di dalam pernyataan dalam Kitab Kejadian dibahas oleh penulis melalui ungkapan "daging". Di sini Allah mau menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti keinginan daging. Oleh sebab itu, Allah sudah menyatakan bahwa Roh-Nya tidak akan tinggal selama-lamanya di dalam diri manusia. Padahal dengan karunia menetapnya Roh Allah, manusia dapat mencapai kesempurnaan dan mengembalikan citranya.
Dengan demikian, menjadi tugas dari masing-masing pribadi selaku manusia untuk mulai mengkritisi dan merefleksikan diri. Apakah kita cenderung mengikuti daging atau membiarkan Allah memberikan Roh-Nya kepada kita?
Komentar
Posting Komentar