Langsung ke konten utama

Suatu Permenungan di Hari Kemerdekaan dan Kitab Sirakh

Gambar: finansialku.com
Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang. (Sir 10:6-8) 

Renungan: 
Teman-teman yang terkasih, tanggal 17 Agustus merupakan tanggal yang sakral bagi Indonesia. Tanggal di mana dua orang pemuda secara berani memproklamasikan kemerdekaan. Soekarno dan Hatta, ya kedua tokoh inilah yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini. Setelahnya, mereka jugalah yang mengawali perputaran roda pemerintahan di Indonesia. 

Detik berganti menit, demikian juga tahun berganti tahun. Pemerintahan pun sering berganti. Bangsa Indonesia saat ini sedang berada di masa pandemic. Masa yang sulit untuk dijalankan. Tidak hanya bagi masyarakat. Juga di dalam pemerintahan. Di luar sana sudah ada begitu banyak negara yang mengalami resesi ekonomi yang diakibatkan oleh pandemic covid 19. Pertumbuhan ekonomi mereka pun mengalami minus. Bahaya krisis pun semakin mengintai mereka. 

Tidak hanya mereka teman-teman. Indonesia pun juga terancam bahaya resesi ekonomi. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang disampaikan dalamdalam paparannya di acara Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Rakernas Apindo). Beliau menyampaikan, "Jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dibandingkan negara lain kuartal I adalah satu dari sedikit yang masih positif bersama dengan Korea Selatan. Sementara kalau dilihat kuartal II, negara lain jatuh lebih dalam," (kompas.com, ditelusuri tanggal 16/08/2020) 

Melihat hal ini, tentu sangat memprihatinkan. Di tengah keinginan kita memajukan Indonesia. Sekali lagi kita harus berhadapan dengan bahaya resesi ekonomi yang mungkin mengancam bangsa ini. Ditambah semakin meningkat pula angka kasus positif di Indonesia yakni menembus 139.549 kasus (detik.com, ditelusuri tanggal 16/8/2020). Itu semua menjadi pemikiran dan pekerjaan rumah yang berat bagi bangsa ini dalam menyambut kemerdekaannya yang ke-75. 

Yesus bin Sirakh pada hari ini mengajak kita untuk merenungkan kembali makna penguasa dan pemerintah dalam sebuah negara. Renungan ini menjadi penting terutama bagi kita dalam masa pandemic dan bahaya resesi seperti saat ini. Di mana kita diajak untuk merenungkan mengenai kehidupan dari penguasa, makna kekuasaan dan hal yang perlu dihindari. 

Sebagai penguasa menurut Yesus bin Sirakh haruslah memiliki kearifan dan kebijaksanaan. Dengan kearifan, seorang penguasa atau pemimpin pun mampu mempertahankan ketertiban dan kesejahteraannya. Itu semua tidak serta merta muncul begitu saja. Kearifan dan kebijaksanaan muncul dari Tuhan. Ketika seorang penguasa atau pemimpin mengabaikan Tuhan. Maka, kemungkinan besar penguasa atau pemimpin tersebut akan mengabaikan kearifan dan kebijaksanaan dalam pemerintahannya. 

Baik sebagai pemerintah atau pun sesama anak bangsa. Yesus bin Sirakh di sini mengingatkan kepada kita untuk menghindari kebencian, nafsu, kelaliman, kekerasan dan uang. Mengapa demikian? Dengan kebencian kepada sesama, kemajuan yang ingin kita capai menjadi sirna. Karena yang ada hanyalah kebencian yang meliputi diri, sehingga kemajuan yang pada dasarnya ingin dicapai menjadi sirna. Hal ini sering terjadi di dalam kehidupan kita di mana kebencian pun juga menguras pemikiran dan tenaga. Kita dipaksa untuk fokus di dalam rasa benci itu. Sehingga, kita kehilangan sisi positif dengan melihat kemajuan yang telah diciptakan. 

Tidak hanya kebencian, nafsu pun juga demikian. Kata nafsu itu sendiri memiliki konotasi yang negatif. Di dalam kondisi negara yang demikian, ada begitu banyak pihak yang bernafsu muncul. Entah itu bernafsu memperoleh keuntungan dalam politik, ekonomi, pertahanan, sosial dan ideologi. Rasa ini perlu dikendalikan jika kita semua menginginkan merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke 100 tahun. Sudah banyak contoh oknum-oknum di luar negara ini mengikuti nafsu mereka untuk mengambil alih kekuasaan. Hasilnya, malah justru membawa kehancuran bagi negaranya. 

Demikian juga dengan kelaliman, kekerasan dan uang. Ketiga unsur ini merupakan cerminan sikap yang dikeluarkan oleh pemimpin atau pun penguasa yang sudah mengalami kerapuhan dalam kearifan dan kebijaksanaan. Ketika kerapuhan itu semakin menggerus kearifan dan kebijaksanaan entah itu bagi pemimpin atau penguasa dari negara ini, maka negara ini pun akan semakin terpuruk. 

Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, masa pandemic ini bukanlah masa yang enak dan nyaman. Dulu mungkin kita masih bisa melihat tetangga kita memanaskan mesin mobil di pagi hari untuk berangkat ke kantor. Kali ini yang kita lihat adalah mobil itu sudah tidak ada dan berganti dengan penawaran jualan kue atau nasi di dalam group whatsapp lingkungan RT/RW. Mungkin juga dulu kita sering melihat status di media sosial yang menggambarkan kegembiraan di dalam kantor teman kita. Namun kini berganti dengan foto makanan yang dijual oleh teman-teman kita. 

Di masa pandemic ini kita tidak bisa hidup dengan kebencian satu sama lain. Kita juga tidak bisa hidup dengan nafsu. Karena ketika kita hidup dengan nafsu, maka kita akan menyeret bangsa kita masuk ke dalam kekelaman. Kita juga tidak bisa hidup dengan menggunakan kelaliman, kekerasan dan uang. Karena itu hanya membawa keuntungan bagi diri kita sendiri namun menghancurkan kebersamaan. Yang kita bisa adalah bekerja sama sambil menggunakan protocol kesehatan yang benar. Ketika teman kita menjual sambal, kita bisa membelinya agar ia pun terbantu. Ketika ada seorang teman yang menjual nasi goreng, kita pun dapat membelinya. Karena demikianlah penerapan dasar negara kita yakni Pancasila yang sesungguhnya. Kita boleh saja memiliki agama yang berbeda tetapi kita memiliki kemanusiaan yang sama. Atas itu semua kita tidak boleh merusak persatuan. Karena untuk menjaga persatuan itu, kita butuh musyawarah dan mufakat. Sehingga kita pun dapat membentuk bangsa yang berkeadilan sosial. 

Selamat hari ulang tahun Indonesia yang ke-75 tahun. Semoga kita semua dapat menjaga kesehatan. Entah itu jasmani maupun rohani. Sehingga, kita pun mampu membawa negara ini lebih baik di tengah masa pandemic ini. Tuhan memberkati Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Rumah Allah itu nampak dalam diri Yesus

P ada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (1Raj 8:12-13) Renungan: Banyak orang ingin sekali memiliki rumah. Karena dengan memiliki rumah, maka seorang manusia akan terlepas dari gangguan hujan dan panas. Dengan memiliki rumah pun seorang manusia dapat terlindung dari serangan hewan buas atau pun serangga yang bisa mengancam kehidupannya. Apa kaitannya dengan kutipan hari ini? Bacaan hari ini kita melihat bagaimana keinginan Salomo untuk mendirikan rumah kediaman Allah. sementara itu, Tuhan Yesus sedang bekerja dengan menyembuhkan banyak orang. Jika Salomo mendirikan rumah kediaman bagi Allah. Di dalam Perjanjian Baru, rumah itu terwujud di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah hadir, menyapa dan berkarya bagi semua orang. Allah pun tidak dibatasi lagi hanya di dalam bangunan kuil.