Gambar: finansialku.com |
Renungan:
Teman-teman yang terkasih, tanggal 17 Agustus merupakan tanggal yang sakral bagi Indonesia. Tanggal di mana dua orang pemuda secara berani memproklamasikan kemerdekaan. Soekarno dan Hatta, ya kedua tokoh inilah yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini. Setelahnya, mereka jugalah yang mengawali perputaran roda pemerintahan di Indonesia.
Detik berganti menit, demikian juga tahun berganti tahun. Pemerintahan pun sering berganti. Bangsa Indonesia saat ini sedang berada di masa pandemic. Masa yang sulit untuk dijalankan. Tidak hanya bagi masyarakat. Juga di dalam pemerintahan. Di luar sana sudah ada begitu banyak negara yang mengalami resesi ekonomi yang diakibatkan oleh pandemic covid 19. Pertumbuhan ekonomi mereka pun mengalami minus. Bahaya krisis pun semakin mengintai mereka.
Tidak hanya mereka teman-teman. Indonesia pun juga terancam bahaya resesi ekonomi. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang disampaikan dalamdalam paparannya di acara Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Rakernas Apindo). Beliau menyampaikan, "Jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dibandingkan negara lain kuartal I adalah satu dari sedikit yang masih positif bersama dengan Korea Selatan. Sementara kalau dilihat kuartal II, negara lain jatuh lebih dalam," (kompas.com, ditelusuri tanggal 16/08/2020)
Melihat hal ini, tentu sangat memprihatinkan. Di tengah keinginan kita memajukan Indonesia. Sekali lagi kita harus berhadapan dengan bahaya resesi ekonomi yang mungkin mengancam bangsa ini. Ditambah semakin meningkat pula angka kasus positif di Indonesia yakni menembus 139.549 kasus (detik.com, ditelusuri tanggal 16/8/2020). Itu semua menjadi pemikiran dan pekerjaan rumah yang berat bagi bangsa ini dalam menyambut kemerdekaannya yang ke-75.
Yesus bin Sirakh pada hari ini mengajak kita untuk merenungkan kembali makna penguasa dan pemerintah dalam sebuah negara. Renungan ini menjadi penting terutama bagi kita dalam masa pandemic dan bahaya resesi seperti saat ini. Di mana kita diajak untuk merenungkan mengenai kehidupan dari penguasa, makna kekuasaan dan hal yang perlu dihindari.
Sebagai penguasa menurut Yesus bin Sirakh haruslah memiliki kearifan dan kebijaksanaan. Dengan kearifan, seorang penguasa atau pemimpin pun mampu mempertahankan ketertiban dan kesejahteraannya. Itu semua tidak serta merta muncul begitu saja. Kearifan dan kebijaksanaan muncul dari Tuhan. Ketika seorang penguasa atau pemimpin mengabaikan Tuhan. Maka, kemungkinan besar penguasa atau pemimpin tersebut akan mengabaikan kearifan dan kebijaksanaan dalam pemerintahannya.
Baik sebagai pemerintah atau pun sesama anak bangsa. Yesus bin Sirakh di sini mengingatkan kepada kita untuk menghindari kebencian, nafsu, kelaliman, kekerasan dan uang. Mengapa demikian? Dengan kebencian kepada sesama, kemajuan yang ingin kita capai menjadi sirna. Karena yang ada hanyalah kebencian yang meliputi diri, sehingga kemajuan yang pada dasarnya ingin dicapai menjadi sirna. Hal ini sering terjadi di dalam kehidupan kita di mana kebencian pun juga menguras pemikiran dan tenaga. Kita dipaksa untuk fokus di dalam rasa benci itu. Sehingga, kita kehilangan sisi positif dengan melihat kemajuan yang telah diciptakan.
Tidak hanya kebencian, nafsu pun juga demikian. Kata nafsu itu sendiri memiliki konotasi yang negatif. Di dalam kondisi negara yang demikian, ada begitu banyak pihak yang bernafsu muncul. Entah itu bernafsu memperoleh keuntungan dalam politik, ekonomi, pertahanan, sosial dan ideologi. Rasa ini perlu dikendalikan jika kita semua menginginkan merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke 100 tahun. Sudah banyak contoh oknum-oknum di luar negara ini mengikuti nafsu mereka untuk mengambil alih kekuasaan. Hasilnya, malah justru membawa kehancuran bagi negaranya.
Demikian juga dengan kelaliman, kekerasan dan uang. Ketiga unsur ini merupakan cerminan sikap yang dikeluarkan oleh pemimpin atau pun penguasa yang sudah mengalami kerapuhan dalam kearifan dan kebijaksanaan. Ketika kerapuhan itu semakin menggerus kearifan dan kebijaksanaan entah itu bagi pemimpin atau penguasa dari negara ini, maka negara ini pun akan semakin terpuruk.
Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, masa pandemic ini bukanlah masa yang enak dan nyaman. Dulu mungkin kita masih bisa melihat tetangga kita memanaskan mesin mobil di pagi hari untuk berangkat ke kantor. Kali ini yang kita lihat adalah mobil itu sudah tidak ada dan berganti dengan penawaran jualan kue atau nasi di dalam group whatsapp lingkungan RT/RW. Mungkin juga dulu kita sering melihat status di media sosial yang menggambarkan kegembiraan di dalam kantor teman kita. Namun kini berganti dengan foto makanan yang dijual oleh teman-teman kita.
Di masa pandemic ini kita tidak bisa hidup dengan kebencian satu sama lain. Kita juga tidak bisa hidup dengan nafsu. Karena ketika kita hidup dengan nafsu, maka kita akan menyeret bangsa kita masuk ke dalam kekelaman. Kita juga tidak bisa hidup dengan menggunakan kelaliman, kekerasan dan uang. Karena itu hanya membawa keuntungan bagi diri kita sendiri namun menghancurkan kebersamaan. Yang kita bisa adalah bekerja sama sambil menggunakan protocol kesehatan yang benar. Ketika teman kita menjual sambal, kita bisa membelinya agar ia pun terbantu. Ketika ada seorang teman yang menjual nasi goreng, kita pun dapat membelinya. Karena demikianlah penerapan dasar negara kita yakni Pancasila yang sesungguhnya. Kita boleh saja memiliki agama yang berbeda tetapi kita memiliki kemanusiaan yang sama. Atas itu semua kita tidak boleh merusak persatuan. Karena untuk menjaga persatuan itu, kita butuh musyawarah dan mufakat. Sehingga kita pun dapat membentuk bangsa yang berkeadilan sosial.
Selamat hari ulang tahun Indonesia yang ke-75 tahun. Semoga kita semua dapat menjaga kesehatan. Entah itu jasmani maupun rohani. Sehingga, kita pun mampu membawa negara ini lebih baik di tengah masa pandemic ini. Tuhan memberkati Indonesia.
Komentar
Posting Komentar