Langsung ke konten utama

Yang Bodoh bagi Manusia Bukanlah Bodoh bagi Allah

 

Gambar : https://mommiesdaily.com

Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1Kor 2:4-5)

Renungan:

Teman-teman yang terkasih, kita sering mengalami teman-teman kita berbicara kepada orang lain atau pun kita. Seringkali kita mendengar perkataan atau pernyataannya sangat berbeda atau pun sama dari dulu hingga saat ini. Ada pula ketika ia memberikan nasihat kepada kita. Ketika yang memberikan nasihat kepada kita adalah orang yang baik, maka kita bergegas menerapkannya. Namun, ketika yang memberikan nasihat adalah orang yang kacau dan berantakan, maka pertimbangan hingga keengganan untuk melaksanakan pun menjadi solusi terakhir.

Paulus dalam 1 Kor 2:1-5 digambarkan memberikan penegasan kepada Jemaat di Korintus bahwa apa yang dinyatakannnya adalah berdasarkan hikmat Allah. Ia membedakan karena pernyataan yang dilakukan dengan tanpa menggunakan kata-kata indah. MelainkaYangn disampaikan dengan kata-kata yang apa adanya. Inilah yang menjadi garis perbedaan antara hikmat Allah dengan hikmat manusia. Bahwa jikalau pernyataan yang datang dari hikmat manusia itu lebih memiliki nilai keduniawian. Itu berbeda dengan hikmat yang datang dari Allah. Jika menurut manusia itu adalah hal bodoh sementara bagi Allah, itu tidak.

Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, ketika kita melakukan suatu perbuatan baik. Seperti memaafkan orang yang tidak kita sukai. Atau pun memberikan kebaikan kepada orang yang tidak menyukai kita. Itu semua terkadang dianggap sebagai perbuatan bodoh bagi hikmat manusia. Namun, itu bukanlah bodoh bagi Allah. Karena sekali lagi, “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari manusia.” (1Kor 1:25-26)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha