Langsung ke konten utama

ALLAH MENCIPTAKAN KEMUNGKINAN ITU

Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" (Kej 17:17)

Oleh : Philipus Vembrey Hariadi

Dalam menyikapi masalah dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita sulit mempercayai bahwa masalah tersebut akan selesai. Demikian pun ketika kita ditimpakan sebuah masalah yang besar. Terkadang kita berpikir, masalah itu sepertinya tidak akan selesai dengan cepat. Tidak hanya dalam menyingkapi permasalahan dalam hidup. Kita juga terkadang merasa bahwa ada hal yang tidak mungkin terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya, ada seorang teman kita yang dulunya adalah pecandu narkoba. Setelah sekian lama berpisah dan bertemu kembali. Ternyata teman kita itu sudah menjadi seorang guru agama. Itu adalah campur tangan Tuhan yang berperan di dalam kehidupan seseorang. Tetapi terkadang kita menganggap bahwa itu tidak mungkin terjadi.

Sama halnya seperti yang dialami oleh Abraham ketika membahas pernyataan Allah terhadap diri Sara. Abraham berpikir bahwa tidak mungkin seorang Sara yang sudah berusia sembilan puluh tahun dapat mengandung dan memberikan seorang anak kepada Abraham. Itu adalah hal yang tidak mungkin. Oleh sebab itulah, Abraham merasa heran dan tertawa atas pernyataan Allah tersebut.

Apa yang sudah dialami oleh Abraham terhadap pernyataan Allah adalah hal yang sama yang persis kita alami selama ini. Ada masalah yang begitu besar datang kepada kita, tetapi selesai begitu saja. Tetapi kita terkadang menganggapnya hanya masalah dan pada akhirnya akan selesai. Tanpa berpikir kepada hal yang lebih dalam, yakni mengapa masalah itu bisa selesai dan apa yang membuatnya cepat selesai. Padahal, di dalam setiap masalah selalu ada kemungkinan besar untuk terselesaikan. Sosok yang membuat dan berperan di dalam penyelesaian itu ialah Allah. Sosok yang selama ini tidak pernah kita anggap ada. Di dalam Allah, kita dapat menyelesaikan segala sesuatu masalah yang menghadang kita. Apakah kita menyadari hal tersebut?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha