"Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.
Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." (Kej 21:17-18)
Oleh : Philipus Vembrey Hariadi
Memang mengenai nasib atau takdir sampai sekarang tidak ada orang yang mampu membacanya. Ada yang pernah mencoba tetapi ternyata yang terjadi di masa depan sangat berbeda. Begitu pun juga kehendak Allah. Sampai sekarang siapa yang mengetahui kehendak-Nya? Apakah Anda mengetahuinya? Saya pun tidak mengetahui. Yang saya ketahui hanya satu hal bahwa di dalam setiap perjalanan hidup yang Allah tentukan, secara tidak disengaja Allah menuntun kita. Allah menuntun kita menuju persinggahan terakhir. Di mana di sana Allah sudah menyiapkan sesuatu untuk kita.
Sama halnya dengan apa yang dialami oleh Hagar. Setelah diminta pergi oleh Abraham, ia tidak mengetahui bahwa itu semua adalah kehendak Allah melalui diri Sara. Sara membuat apa yang diinginkan oleh Allah menjadi terwujud. Andai saja Allah tidak merestui apa yang diinginkan oleh Sara, mungkin Hagar akan tetap berada bersama-sama dengan Abraham, Sara dan Ishak. Tetapi pertanyaannya, apakah Hagar dan Ismael akan menjadi suatu bangsa yang besar? Suatu bangsa yanng juga dikenal di antara suku Israel lainnya?
Itulah kehendak Allah. Tidak ada yang mengetahui apa dan ke mana kita diantar-Nya. Tetapi nampaknya arah yang dikehendaki oleh Allah ditampakkan dalam diri Ismael. Ia dibimbing dan dibesarkan oleh Hagar dan melaluinya, Allah mewujudkan maksud dan tujuan. Bahwa dari dalam diri Ismaellah akan tercipta bangsa yang juga besar. Begitu pun juga di dalam diri kita. Terkadang cambuk yang diberikan Allah sangat sakit di dalam diri kita. Terkadang pun kita merasa tidak siap. Sama seperti yang dilakukan oleh Hagar. Kita memilih tidak mau menerima resiko dan mencari jalur aman dengan meletakkan Ismael di balik semak. Kita tidak mau mengambil resiko besar dan menjadi pribadi yang aman. Padahal dibalik resiko itulah rahmat Allah sudah tersedia bagi kita. Sekarang tergantung pada kita, apakah kita terbuka pada bentukan Allah atau cenderung mencari aman sendiri?
Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." (Kej 21:17-18)
Oleh : Philipus Vembrey Hariadi
Memang mengenai nasib atau takdir sampai sekarang tidak ada orang yang mampu membacanya. Ada yang pernah mencoba tetapi ternyata yang terjadi di masa depan sangat berbeda. Begitu pun juga kehendak Allah. Sampai sekarang siapa yang mengetahui kehendak-Nya? Apakah Anda mengetahuinya? Saya pun tidak mengetahui. Yang saya ketahui hanya satu hal bahwa di dalam setiap perjalanan hidup yang Allah tentukan, secara tidak disengaja Allah menuntun kita. Allah menuntun kita menuju persinggahan terakhir. Di mana di sana Allah sudah menyiapkan sesuatu untuk kita.
Sama halnya dengan apa yang dialami oleh Hagar. Setelah diminta pergi oleh Abraham, ia tidak mengetahui bahwa itu semua adalah kehendak Allah melalui diri Sara. Sara membuat apa yang diinginkan oleh Allah menjadi terwujud. Andai saja Allah tidak merestui apa yang diinginkan oleh Sara, mungkin Hagar akan tetap berada bersama-sama dengan Abraham, Sara dan Ishak. Tetapi pertanyaannya, apakah Hagar dan Ismael akan menjadi suatu bangsa yang besar? Suatu bangsa yanng juga dikenal di antara suku Israel lainnya?
Itulah kehendak Allah. Tidak ada yang mengetahui apa dan ke mana kita diantar-Nya. Tetapi nampaknya arah yang dikehendaki oleh Allah ditampakkan dalam diri Ismael. Ia dibimbing dan dibesarkan oleh Hagar dan melaluinya, Allah mewujudkan maksud dan tujuan. Bahwa dari dalam diri Ismaellah akan tercipta bangsa yang juga besar. Begitu pun juga di dalam diri kita. Terkadang cambuk yang diberikan Allah sangat sakit di dalam diri kita. Terkadang pun kita merasa tidak siap. Sama seperti yang dilakukan oleh Hagar. Kita memilih tidak mau menerima resiko dan mencari jalur aman dengan meletakkan Ismael di balik semak. Kita tidak mau mengambil resiko besar dan menjadi pribadi yang aman. Padahal dibalik resiko itulah rahmat Allah sudah tersedia bagi kita. Sekarang tergantung pada kita, apakah kita terbuka pada bentukan Allah atau cenderung mencari aman sendiri?
Komentar
Posting Komentar