Santo Gregorius X, Paus dan Martir
Gregorius X,
nama kePausan dari Teobaldo Visconti, lahir di Piacenza, Italia pada
tahun 1210. Ia terpilih sebagai Paus menggantikan Paus Klemens
IV(1265-1268), tatkala ia sedang berada di Tanah Suci dalam suatu
perjalanan misi yang penting.
Sebelum menjadi Paus, Teobaldo Visconti menjabat sebagai
pembantu Kardinal Yakopo Pecoraria dari Palestina dan pernah menjadi
utusan Paus Gregorius X
dalam suatu misi ke Perancis dan Inggris. Sepeninggal Kardinal
Pecoraria, Teobaldo Visconti belajar di Paris. Kemudian pada tahun
1265, atas rekomendasi Paus Klemens IV, ia menemui Kardinal Ottoboni Fieschi - yang kemudian menjadi Paus Adrianus V
pada tahun 1726 - dalam suatu misi ke Inggris. Minatnya sangat besar
untuk berziarah ke Tanah Suci mendorong ia pergi ke Acre, Palestina.
Disini, dibawah bimbingan Pangeran Edward dari Inggris, Teobaldo
Visconti menjadi salah seorang anggota kelompok pejuang pembebasan
Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslimin.
Setelah kematian Paus Klemens IV
pada tahun 1268, Tahkta Suci di Roma mengalami kekosongan pemimpinan
selama tiga tahun. Hal ini disebabkan oleh perpecahan di dalam tubuh
Kolegium para Kardinal dalam dua block, yaitu block Perancis dan block
Italia, sehingga mereka tidak mampu menyodorkan satu calon yang
memenangkan mayoritas suara. Akhirnya enam orang Kardinal, yang dipilih
dari 15 Kardinal bertemu di Viterbo, sebuah dusun di Roma Utara, untuk
melakukan pemilihan Paus yang baru. Pilihan mereka jatuh pada Teobaldo
Visconti, yang sedang berada di tanah Suci, pada bulan September 1271.
Setelah menerima berita pengangkatannya menjadi Paus, Visconti
meninggalkan Palestina menuju Viterbo pada bulan Februari 1272. Lalu
pada tanggal 19 Maret 1272, ia dinobatkan menjadi Paus yang bernama Gregorius X.
Selama masa kepemimpinannya, Gregorius memusatkan perhatian
pada usaha - usaha pembangunan kembali kekaisaran Romawi Suci,
pembaharuan Gereja, persatuan kembali Gereja - Gereja Yunani dan Roma,
serta pembebasan Yerusalem dari pengusaan orang - orang Muslimin. Bagi
dia, Gereja dan negara harus menjalankan tugasnya masing - masing
tetapi harus tetap bekerja sama. Ia menilai ketidakadaan pemerintahan
yang kuat di Jerman semenjak kematian Kaisar Conrad IV pada tahun 1254
sebagai sesuatu yang membahayakan kekaisaran dan gereja. Karena itu,
sepeninggal Kaisar Richard Cornwell pada tahun 1272, Gregorius mendesak
pangeran - pangeran Jerman untuk segera memilih seorang Kaisar yang
baru. Gregorius sendiri mengancam akan menunjuk dan mengangkat dirinya
sebagai Kaisar kalau para pangeran itu gagal menunjuk seorang kaisar
yang baru yang disegani seluruh rakyat. Akhirnya pada tahun 1273,
mereka memilih Rudolf, seorang pangeran dari dinasti Hapsburgs, seorang
pangeran yang diterima oleh seluruh rakyat Jerman.
Gregorius menyetujui pengangkatan atas diri
Rudolf dan segera mengadakan pertemuan pribadi dengannya pada bulan
Oktober 1273 di Lausanne, Swiss. Pada kesempatan pertemuan dengan Paus Gregorius X,
Rudolf menyatakan ikrarnya untuk mempersembahkan seluruh dirinya bagi
kemuliaan Tuhan dan kejayaan Gereja. Restu Sri Paus itu segera
menghasilkan pengakuan universal pengakuan Universal atas hak Rudolf
untuk menduduki tahta kekaisaran Romawi Suci.
Konsili akbar di Lyons, Perancis yang diadakan oleh Gregorius X pada tahun 1274 merupakan suatu prestasi besar dalam kepemimpinan Gregorius X.
Lebih dari 1500 prelatus gereja, duta - duta besar dari Kerajaan
Perancis dan Inggris, dari Bynzantium dan dari Khan-Tartar, berkumpul
dalam konsili itu. Untuk keberhasilan cita - citanya membebaskan tanah
Suci Yerusalem dari penguasaan Kaum Muslimin, Gregorius X
mengumpulkan dana dari Perancis dan Inggris. Sepersepuluh dari hasil
pengumpulan derma itu dikhususkan untuk pembangunan Gereja sedangkan
sisa - sisanya untuk membiayai usaha pembebasan kota Suci Yerusalem.
Germanus, Patriarkh Konstantinopel yang datang
bersama sejumlah besar utusan dari Bynzantium menyatakan kesediaannya
untuk bersatu kembali dengan Gereja Roma. Hal ini sangat didukung oleh
Micheal VIII, kaisar Bynzantium di Konstantinopel. Kesediaan ini
sekaligus mengungkapkan kerelaan menerima doktrin Gereja Katolik dan
pengakuan terhadap kekuasaan Paus di Roma sebagai pengganti Petrus. Gregorius X
yang percaya penuh pada ketulusan hati delegasi Konstantinopel, dengan
gembira menerima mereka kembali dalam pangkuan Gereja Katolik. Dalam
misa Agung penutupan Konsili Lyons di Gereja Santo Yohanes, semua
peserta bersama - sama mendoakan Credo, Pengakuan Iman seturut rumusan
Gereja Katolik. Bagian Credo "Yang berasal dari Bapa dan Putera (qui a
Patre filioque procedit) yang tidak diakui oleh Gereja Yunani, diulangi
tiga kali oleh delegasi Yunani.
Sesudah Konsili ini berakhir, Gregorius
berangkat ke Lausenne, Milan, Florence dan Arezzo, sampai ia meninggal
dunia pada tahun 1276. Namanya ditambahkan pada daftar para martir Roma
oleh Paus Benediktus XIV(1740-1758) dengan tanggal 10 Januari sebagai hari pestanya.
Santo Agatho, Paus dan Pengaku Iman
Santo Agatho, Paus dan Pengaku Iman
Kisah masa kecil Agatho tidak banyak diketahui. Demikian pula
tanggal dan tempat kelahirannya. Dari nenek moyangnya yang berasal dari
Yunani, Agatho dikenal sebagai pemuda berdarah Yunani. Ketika menanjak
dewasa, ia menjadi rahib disebuah biara di Palermo, Sisilia. Di biara
ini, ia kemudian diangkat menjadi pemimpin biara karena kesalehan hidup
dan kepandaiannya.
Pada tanggal 27 Juni 678, ia terpilih menjadi Paus. Ia memimpin Gereja sampai hari kematiannya pada tahun 681 di Roma. Pada masa kepemimpinannya, Agatho memberi perhatian khusus pada kehidupan biara - biara, terutama biara Wearmouth, Northumbria, Inggris yang terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kesenian Inggris pada zaman pertengahan. Biara inipun dikenal luas sebagai tempat tinggal Santo Bede (673-675).
Konsili besar Konstantinopel yang diadakan pada tanggal 7 November 680 berlangsung pada masa kePausan Agatho. Konsisili ini diadakan untuk mengutuk ajaran Monothelisme yang mengajarkan bahwa Kristus hanya mempunyai satu kodrat Ilahi, meskipun Ia memiliki dua kodrat: Ilahi sekaligus duniawi. Sebelum Konsili ini berakhir, Agatho meninggal karena serangan wabah yang melanda kota Roma. Ia dikuburkan di basilik Santo Petrus pada tanggal 10 Januari 681.
Pada tanggal 27 Juni 678, ia terpilih menjadi Paus. Ia memimpin Gereja sampai hari kematiannya pada tahun 681 di Roma. Pada masa kepemimpinannya, Agatho memberi perhatian khusus pada kehidupan biara - biara, terutama biara Wearmouth, Northumbria, Inggris yang terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kesenian Inggris pada zaman pertengahan. Biara inipun dikenal luas sebagai tempat tinggal Santo Bede (673-675).
Konsili besar Konstantinopel yang diadakan pada tanggal 7 November 680 berlangsung pada masa kePausan Agatho. Konsisili ini diadakan untuk mengutuk ajaran Monothelisme yang mengajarkan bahwa Kristus hanya mempunyai satu kodrat Ilahi, meskipun Ia memiliki dua kodrat: Ilahi sekaligus duniawi. Sebelum Konsili ini berakhir, Agatho meninggal karena serangan wabah yang melanda kota Roma. Ia dikuburkan di basilik Santo Petrus pada tanggal 10 Januari 681.
Santo Petrus Orseola, Pengaku Iman
Petrus lahir di pada tahun 928 di Venesia. Ia dikenal sebagai
komandan angkatan laut yang berhasil menghancurkan para pembajak Laut
dan menjadi kepala Negara (= Doge) Republik Venesia. Ia berhasil
menerbitkan kembali pemerintah Republik yang dikacaukan oleh
pendahulunya. Katanya, pendahulu terbunuh dalam suatu huru hara atas
hasutan Petrus. Setelah membangun kembali rumah sakit dan Katedral, ia
diam - diam meninggalkan anak - istri serta jabatannya dan menjadi
rahib. Ia bertapa di Spanyol bersama dengan Santo Romualdus. Petrus
Orseola meninggal dunia pada tahun 987.
SUMBER: IMANKATOLIK.OR.ID
Komentar
Posting Komentar