Langsung ke konten utama

Ketika Pengalaman Pahit itu Sirna

Kejadian 41:51  Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku."
Oleh : Phillipus Vembrey Hariadi
Ketika kita mengalami begitu banyak pengalaman pahit di dalam hidup ini, apa yang kerap kali kita rasakan? Misalkan saja bahwa kita pernah diperlakukan secara buruk oleh seorang sahabat atau keluarga. Secara manusiawi, kita akan menyimpan pengalaman tersebut. Dari pengalaman seperti itu nampaknya kita memiliki keinginan yang sangat besar sekali untuk mengembalikan pengalaman pahit tersebut kepada orang yang pernah melakukannya.
Tetapi ternyata hal itu tidak berlaku bagi Yusuf. Setelah ia mengalami sekian banyak pengalaman pahit di dalam keluarga, pekerjaan dan relasi dengan sesama, ia tidak menjadikan itu semua sebagai alasan untuk membalas dendam. Dengan kelahiran anaknya, yakni Manasye, ia justru dengan rendah hati mengucapkan syukur kepada Allah karena dapat melupakan pengalaman buruk itu. Kehadiran Manasye pun dapat melupakan bagaimana ia pernah diperlakukan sedemikian buruknya oleh seluruh saudara-saudaranya.
Saudara dan saudari sekalian, dendam merupakan rasa yang sepertinya tidak sesuai dengan kehendak Allah. Yusuf telah mengajarkan kepada kita bahwa pengalaman buruk memang ada di dalam setiap pribadi. Tetapi bagi pribadi tersebut Allah pun memberikan dua pilihan pula, yakni menjadikan itu dendam atau rasa sebagai ungkapan syukur? Itu semua kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah kita berniat untuk melupakan dan memaafkannya atau membalas dendam. Ingat, Allah tidak pernah memberikan pelajaran kepada kita untuk membalas dendam. Allah hanya mengajarkan kasih kepada sesama melebihi apa pun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha