Langsung ke konten utama

RASA IRI MENGUBAH CITRA MANUSIA

gambar : pendoasion.wordpress.com
"Lihat, tukang mimpi kita itu datang! Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan; seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!" (Kej 37:19-21)

Oleh : Philipus Vembrey Hariadi
Menyambung tulisan yang sebelumnya dari kitab yang sama. Ternyata rasa iri dapat berdampak buruk kepada diri seorang manusia. Semula rasa iri itu meningkat menjadi rasa benci. Kemudian, rasa benci itu semakin meningkat menjadi rasa ingin menghilangkan kehidupan orang yang diirikan. Untuk melakukan hal itu pun seorang yang sudah diliputi oleh rasa benci yang amat sangat akan menggunakan segala siasat untuk menghilangkan bagian dari hidup orang yang dibencinya.

Di dalam kitab ini, kita diajak melihat fenomena kebencian manusia yang semakin meningkat. Dikarenakan rasa iri hati, para saudara Yusuf merencanakan suatu hal yang tidak dikehendaki oleh Allah, yakni pembunuhan. Meski gagal untuk membunuh oleh karena kebaikan hati Ruben, tetapi rencana untuk menghilangkan Yusuf dari keluarga tetap berhasil. Rencana itu diwujudkan melalui penjualan Yusuf kepada seorang Midian ke Mesir. Yusuf pun menghilang sementara dari kehidupan keluarga dan menghilangkan kebencian dari saudaranya.

Iri hati yang sudah meradang ternyata dapat mendatangkan murka yang sangat besar bagi diri manusia dan orang lain. Kisah Yusuf mengajak kepada kita mengenai bahaya dari rasa iri hati itu sendiri. Di mana dengan rasa iri, seorang manusia tega menurunkan hakikatnya yang terhormat, yakni sebagai citra Allah. Di sana terlihat dengan jelas bahwa manusia sudah kurang memiliki rasa kemanusiaan sama sekali. Itu hanya disebabkan oleh rasa iri hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha