Langsung ke konten utama

Mendengar dan Memelihara

14 Oktober 2017, Sabtu
Kalistus I, Gonzalo dari logos, Gundisalvus dari Lagos, Yohanes Ogilvie
Yl. 3:12-21; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Luk. 11:27-28
BcO Zef 1:1-17,14-2:3

Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:28)
Saat kita berada di dalam masalah, kita pergi ke gereja. Saat perayaan ekaristi, kita mendapatkan pesan dari Pastor untuk belajar mencintai sesama dengan lebih dalam lagi. Lalu, kita pulang ke rumah, bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Di sana kita menjalankan apa yang sudah disampaikan oleh pastor di gereja. Kita pergi ke kantor. Di sana kita bertemu begitu banyak orang dengan beraneka ragam. Di sana kita mencoba mengingat apa yang sudah di sampaikan oleh pastor bahwa harus mencintai sesama lebih dalam lagi. Tetapi ketika ada seorang rekan kerja yang membuat pekerjaan kita menjadi terbengkalai, kita memarahi dia. Kita memaki orang tersebut tanpa henti. Seakan-akan dia itu akan tidak bisa bekerja dengan menggunakan kata-kata kita.

Apakah ini selaras dengan hal yang ditekankan oleh Yesus? Sepertinya tidak lagi menjadi selaras. Mengapa ya demikian? Yesus di dalam kutipan Injil hari ini berpesan kepada kita semua, “Yang berbahagia ialah mereka mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (ayat 28). Jika kita menyimak yang diungkapkan oleh Yesus, maka kita akan tahu letak keindahannya di mana. Keindahan itu terletak pada ungkapan yang “mendengar” dan “memeliharanya”.

Jika kita rajin membaca kitab suci pada dasarnya kita sudah mendengarkan apa yang hendak disampaikan Allah kepada kita. Karena di dalam kitab suci ada begitu banyak tulisan mengenai pengalaman orang beriman. Di dalam kitab itu kita bisa mengetahui bagaimana umat Perjanjian Lama atau pun Baru dalam melewati atau menyelesaikan masalahnya masing-masing. Atau kita bisa bermeditasi untuk mendengarkan kehendak Allah atas diri kita. Mungkin dengan sedikit keadaan yang hening serta dibantu dengan berbagai macam pikiran, kita bisa dapat menemukan kehendak Allah di dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.

Namun, sayang sekali. Begitu sebagian banyak besar dari kita dapat mendengar ternyata kita mendapat tantangan yang lebih besar, yakni memelihara. Mengapa ini merupakan bagian tersulit? Dikarenakan seperti halnya memelihara atau merawat pohon. Ketika ada sinar matahari terlewat panas, maka kita harus cepat-cepat memindahkan posisi pohon tersebut. Karena jika tidak, maka pohon-pohon tersebut akan layu. Demikian juga dengan kita, ketika bertemu dengan begitu banyak luka hati, terkadang kita kurang atau tidak bisa memelihara apa yang disampaikan oleh Tuhan. Mengapa demikian? Karena kita bukan sibuk memelihara melainkan sibuk untuk menggergaji pohon kasih yang sudah ditanam dengan menggunakan ketidaksukaan, kebencian, iri hati dan sebagainya. Jika sudah seperti itu, maka akan menjadi sulit bagi Gereja untuk menghapus atau menghindari diri agar menjadi seperti yang Tuhan Allah kehendaki.

Maka dari itu, hari ini Tuhan Yesus mengajak kita semua untuk mendengar dan memelihara. Agar kita pun dapat menjadi pribadi yang tangguh dan memiliki daya juang yang tinggi dalam mewartakan Kerajaan Allah. Marilah kita mulai untuk lebih sering mendengarkan perintah Tuhan melalui homili para imam dan mendengar kehendak Allah atas diri kita melalui perjumpaan dalam kehidupan sehari-hari. Kita pun harus senantiasa memelihara apa yang kita dengar itu dengan memanfaatkan sebaik mungkin beraneka ragam sarana. Salah satu dari sarana itu ialah pengakuan dosa. Dengan pengakuan dosa berarti kita turut memelihara firman Allah dalam kehidupan sehari-hari dan melaksanakannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mewartakan Kebenaran di Tahun 2022

P ada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. (Yoh 1:1-4) Renungan: Teman-teman sekalian. Nilai sebuah kebenaran adalah keselarasan antara pengetahuan dan objek yang disampaikan. Dalam arti lain kebenaran itu dikatakan sesuai dan dapat dibuktikan. Ukurannya jelas yakni sesuai. Segala sesuatu yang dinyatakan memiliki kebenaran ialah yang diungkapkan dapat dibuktikan secara benar. Misalnya, seseorang yang memberikan kesaksian dengan nilai kesaksian dapat dikatakan mengandung nilai kebenaran jika itu sesuai dengan fakta-fakta dan sesuai. Itulah kebenaran. Hari ini kita diajak oleh Yohanes Penginjil untuk mengenal Yesus Kristus. Di mana digambarkan oleh Yohanes Penginjil bahwa Yesus itu adalah Fiman itu sendiri yang sudah ada se...

Tanda Yesus

Gambar:  Katolisitas.org P ada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. (Mat. 12:38-39) Renungan: Teman-teman terkasih, kadang kala kita sering meminta tanda. Ketika meminta persetujuan, kita meminta tanda tangan. Ketika kita bertanya kepada teman mengenai lokasi keberadaannya, kita meminta foto. Ketika salah seorang dari teman pergi ke suatu daerah yang viral, kita meminta tanda. Tuhan Yesus hari ini berhadapan dengan ahli Taurat dan kaum Farisi. Mereka meminta kepada Yesus untuk membuat tanda agar mereka percaya. Namun, Yesus tidak mau memberikan tanda kecuali tanda Yunus. Jika Yunus berada di dalam perut ikan selama tiga hari, Tuhan Yesus berada di alam kematian selama tiga hari. Itulah tanda yang diberikan oleh...

Dua Tokoh Besar yang Mengajarkan Kerendahan Hati

Gambar:suarawajarfm.com I nilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Mrk 1:7-11) Renungan: Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Apa jadinya ketika kita bertemu dengan sosok yang sudah kita kenal dan memiliki kemampuan yang tidak diragukan lagi dalam bidangnya? Kita tentu akan segan untuk mengambil alih tugas yang sudah diserahkan kepadanya. Kita juga akan memberikan penghargaan kepadanya untuk menjalankan tugas yang telah diserahkan kepadanya. Hari ini bertemulah dua to...