Langsung ke konten utama

Mengenal Sesama melalui kisah Orang Samaria yang Baik Hati

Gambar: https://sangsabda.wordpress.com
Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Luk 10:27)

Renungan:
Sesama, apa pengertian sesama itu? Ada orang yang mengerti kata sesama itu ialah sesama yang beragama sama. Ada pula yang memahami bahwa sesama itu adalah sesama yang berasal dari suku atau bangsa yang sama. Sesama juga ada yang mengerti bahwa mereka memiliki Tuhan atau kepercayaan yang sama.

Di dalam bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk memahami arti kata “sesama” melalui perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati. Orang Samaria adalah etnis yang dipandang bertentangan dengan orang Yahudi. Mereka bukan keturunan Yahudi murni. Mereka adalah hasil keturunan dari perkawinan antara bangsa Yahudi dan non-Yahudi. Mereka juga kerap memandang negatif bangsa Yahudi. Namun, di dalam bacaan hari ini Yesus menggunakan sosok Samaria ini untuk menyentak bahwa perbuatan kasih itu lebih nyata dilakukan oleh orang yang bukan berstatuskan imam dan lewi. Namun perbuatan kasih itu bisa dilakukan juga oleh orang yang bukan berdarah Yahudi dan dilakukan kepada berdarah Yahudi.

Dulu mungkin kita sering berpandangan bahwa membagikan kasih kepada sesama ialah sebatas kepada sesama yang beragama kristen. Namun, hari ini Tuhan Yesus mengajak kita untuk loncat dari zona nyaman untuk memberikan kasih juga tidak sebatas kepada sesama yang beragama kristen namun ke semua agama. Jika matahari yang menyinari kita adalah matahari yang sama dan bulan yang menyinari kita di malam hari adalah bulan yang sama. Mengapa kita membatasi kasih kepada sesama yang sesuai dengan ukuran kita sendiri?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memprioritaskan Kasih di atas Segalanya

Bacaan dari Injil Mat 12:1-8 : Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?   Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karen

Keutamaan itu Namanya Kasih

  Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk 12:29-31) Renungan: Teman-teman yang terkasih, kita seringkali menonton chanel-chanel yang membahas mengenai keagamaan. Setelah menonton itu, terkadang kita sampai pada perbandingan dan mencari keunggulan. Kita terjebak pada komparasi-komparasi yang membelenggu pikiran dan pembiasaan diri. Kita hanya sampai pada mencari keunggulan tanpa menerapkan keunggulan itu dalam kehidupan sehari-hari. Yesus melalui Injil Markus 12:28-34 berdiskusi mengenai hukum yang terutama. Di dalam penjelasannya, Yesus menyatakan hukum yang paling utama ialah mengasihi Tuhan dan sesama. Dengan memiliki hubunga

Demi Kepentingan Sendiri atau Kerajaan Allah?

Gambar : unsplash.com M aka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:10) Renungan: Teman-teman yang terkasih, dalam memberikan kesaksian yang dibutuhkan bagi seseorang atau pun proses pengadilan. Dibutuhkan kesaksian yang sungguh-sungguh berangkat dari kejujuran. Itu mengibaratakan di dalamnya tidak ada kesaksian yang dibuat-buat atau kesaksian yang berangkat dari kebohongan.  Di dalam bacaan Injil hari ini kita diajak untuk melihat dua esensi atau nilai dari kesaksian. Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus dan yang kedua dilakukan oleh penjaga.  Kesaksian yang pertama dilakukan oleh para pengikut Yesus. Mereka pergi untuk melakukan kesaksian. Di dalam perjumpaan-Nya bersama para murid, Yesus menyatakan, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudar-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan meliha